Motif Kontemporer, Solusi agar Batik Digemari Berbagai Kalangan

Reporter

Bisnis.com

Senin, 18 Juni 2018 15:38 WIB

Ilustrasi kain batik. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Menjaga, melestarikan, dan mengkomersialisasikan kain
batik sebagai identitas bangsa memang perlu keseriusan. Batik diharapkan tidak hanya dinikmati oleh orang dewasa namun juga remaja, bahkan anak-anak.

Salah satu inovasi yang dilakukan adalah menciptakan berbagai motif batik untuk menarik peminat di setiap segmen usia. Salah satu motif batik yang saat ini digemari adalah kontemporer.

Seperti halnya seni kontemporer , motif batik ini tidak mengacu pada aturan baku atau pakem bentuk atau ornamen tertentu. Motif tersebut banyak dikembangakan oleh perajin ataupun desainer untuk mencari terobosan baru dalam mengembangkan batik dan mode pakaian dalam.

“Karena perkembangan jaman, ini adalah terobosan yang dilakukan industri yang bergelut di bidang batik untuk mencari jalan, bagaimana membuat batik yang dapat dijangkau oleh masyarakat banyak,” ujar desainer senior Chossy Latu.

Artikel lain:
Kolektor 1.000 Batik Kuno Ini Membagi Tip Menyimpan Batik
Membedakan Batik Tulis, Batik Cap, dan Batik Cetak
Tips Memilih Kain Batik Agar Tidak Tertipu
150 Lembar Batik Bercerita tentang Hidup Manusia

Advertising
Advertising

Pola yang dihadirkan cenderung bebas, dengan mengambil bentuk geometris, hewan, tumbuhan, ataupun berbagai bentuk abstrak lainnya, berbeda dengan motif klasik yang memiliki makna dan akar budaya yang kuat seperti kawung, parang, truntun. Batik klasik warna dan motif cenderung statis, tidak berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Dia mengatakan melalui motif kontemporer, desainer maupun perajin bisa bereksperimen dengan berbagai gambar apa saja, namun yang paling penting pewarnaan menggunakan proses pembuatan batik, baik menggunakan teknik tulis maupun cetak.

“Selain itu juga adanya dorongan untuk membuat sesuatu yang dalam tanda kutip mungkin lebih murah cost production-nya, karena memang batik-batik klasik itu akan memakan waktuyang lama. Pembatikannya adalah sebuah proses yang tidak dapat diburu-buru,” jelasnya.

Guna membuat batik yang dapat dijangkau oleh masyarakat banyak dan dengan harga yang lebih terjangkau, lanjutnya, beberapa perajin batik mengkombinasikan membuat batik dengan teknik cetak kemudian ditambah dengan sentuhan malam.

“Saya sendiri tidak menentang karena pada akhirnya konsumen ada yang sanggup dan tidak sanggup (membeli batik tulis). Dengan seperti ini mungkin keinginan banyak orang untuk memakai busana batik lebih bisa dipenuhi dari sisi bisnisnya,” katanya.

Banyak orang menganggap dengan kemunculan teknik cetak dapat mematikan pebatik tulis. Namun, menurut Chossy, justru hal tersebut menjadi cambuk bagi pebatik tulis untuk menghasilkan batik halus yang lebih bagus lagi.

Dia meyakini batik tulis halus masih memiliki pasarnya sendiri. Setelah itu, masyarakat Indonesia semakin banyak yang memakai batik.

“Ini mimpi guru saya Iwan Tirta bahwa suatu hari batik bisa menjadi gaya berpakaian sehari-hari, bukan hanya untuk upacara kawinan, tapi juga untuk busana ke kantor, dan aktivitas sehari-hari," ungkapnya.

Oleh karena itu dibutuhkan inovasi yang secara terus menerus supaya batik dapat berkelanjutan , tidak hanya sekedar menjadi koleksi namun juga untuk kegiatan keseharian. Tak hanya dari motif, desain busana pun juga harus disesuaikan dengan tren masa kini untuk menjangkau segmen yang lebih muda, baik bagi masyarakat Indonesia maupun luar negeri.

Styling dan desain harus disesuaikan dengan masa kini baik untuk kemeja, gaun, jaket, maupun cocktail evening,” tambahnya.

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

8 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

10 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

13 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

38 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

40 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

57 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya