TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 150 lembar kain batik yang menceritakan daur kehidupan manusia dari lahir hingga mati akan dipamerkan dalam Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016. Pameran batik tersebut akan digelar di gedung Jogja Expo Center (JEC) mulai 12 Oktober hingga 16 Oktober 2016.
“Orang Jawa dari lahir hingga kematiannya identik dengan batik. Dan batiknya berbeda,” kata desainer batik Afif Syakur saat memberikan keterangan pers menjelang JIBB 2016 di Kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Selasa, 11 Oktober 2016.
Seperti saat calon ibu mitoni atau peringatan tujuh bulan usia kandungannya yang harus mengganti kain batik hingga tujuh kali. Antara lain ada batik sido mulyo, sido asih, sido luhur, juga sido dadi. Kemudian ada tradisi ruwatan, sunatan, larungan. Untuk kematian, jasad mayat biasa ditutup dengan kain batik semen rama dan kawung.
“Bahkan untuk larungan di pantai selatan atau di Gunung Merapi itu batiknya juga berbeda,” kata Afif yang merupakan panitia yang mengampu peragaan busana batik dalam JIBB 2016.
Panitia pameran JIBB 2016 Budi Virgono menambahkan, pengunjung yang masuk arena JEC akan diajak melintasi ruangan yang didesain seperti lorong. Di dalam lorong tersebut akan dipajang sejumlah display yang menerangkan tentang sejarah batik di Indonesia. Ujungnya adalah penjelasan mengapa Yogyakarta ditetapkan menjadi Kota Batik Dunia pada 2014.
Usai melewati lorong, pengunjung bisa menikmati sejumlah karya seni rupa tentang batik yang dilukis oleh perupa luar negeri dan dalam negeri. Kemudian ada anjungan batik yang meliputi empat anjungan besar yaitu anjungan Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Puro Pakualaman, dan Puro Mangkunegaran.
Ada juga sejumlah anjungan yang diisi dari Dekranasda, termasuk pameran 150 batik yang menggambarkan daur kehidupan manusia tersebut. Nantinya juga ada peragaan busana batik karya 70 desainer yang digelar tiap malam di JEC dan Hotel Royal Ambarukmo.
Kemasan even tentang batik yang berbeda dengan sebelumnya itu, menurut pengusaha Robby Kusumaharta yang juga panitia JIBB, bertujuan agar publik mengenal dan mengetahui apa itu batik.
“Batik yang dikenal sebagai karya kerajinan, nantinya akan menjadi bagian dari seni,” kata Robby.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Baca juga:
Merias Wajah dalam 7 Menit ala Wulan Guritno
Cara Jitu Menutup Bekas Luka dengan Makeup
Mau Punya Wajah Putih Mulus Ala Artis Korea? Ini Rahasianya