TEMPO.CO, Jakarta - Jika biasanya gangguan ginjal dialami orang dewasa, namun ternyata anak-anak pun dapat mengalaminua. Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eka Laksmi Hidayati, Sp.A (K) mengatakan ia pernah mendapatkan pasien gangguan ginjal berusia 3 bulan.
Baca juga: Penyebab Perempuan Rentan Terkena Penyakit Ginjal
Berdasarkan data dari 14 kasus di Rumah Sakit Pendidikan dengan Konsultan Nefrologi Anak tahun 2017 diketahui sebanyak 212 anak mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi pengganti ginjal. Angka kematiannya mencapai 23,6 persen.
“Sedangkan insiden gangguan ginjal tahun 2007-2009 di RSCM adalah 150 anak mengalami gangguan ginjal kronik,” kata Eka Laksmi Hidayati Staf Divisi Nefrologi - Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM saat berbincang dalam acara “Kenali Gangguan Ginjal pada Anak” di Jakarta, Selasa 13 November 2018.
Dokter Eka menyebutkan bahwa penyebab terbanyak adalah sindrom nefrotik resisten steroid (16 persen), glomerulonefritis (14,6 persen), gangguan ginjal kronik dengan sebab tidak jelas (13,2 persen), dan hipoplasia/displasia kongenital (12,3 persen). Dia pun mengingatkan para orang tua mesti mencurigai jika sudah terlihat gejala gangguan ginjal pada anak. "Tubuh mengalami pembengkakan. Mata dan kaki bengkak. Bengkak itu simetris antara bagian kanan dan kiri," ujar Eka.
Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com
Gejala lainnnya adalah adanya darah dalam urin, baik makroskopik (kasat mata) atau mikroskopik (tidak kasat mata), yang disebut hematuria. Terjadi peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) pada urin yang menandakan adanya infeksi, terjadi proteinura atau peningkatan pengeluaran protein melalui urin, serta terjadi penurunan produksi urin atau oliguria. "Anak mengalami hipertensi. Namun yang patut diperhatikan adalah anak tetap diberikan obat agar mencapai nilai normal. Dan obat hipertensi tidak merusak ginjal," ujar dokter anak yang berpraktik di Rumah Sakit Premier Bintaro ini.
Dampak gangguan ginjal adalah anak mengalami gangguan pertumbuhan, pucat, kelainan tulang, sesak, dan demam berulang. "Pasien diharapkan datang lebih awal untuk mencegah anak menjadi gagal ginjal sehingga membutuhkan cuci darah. Lakukan pemeriksaan laboratorium, seperti darah lengkap, ureum, elektrolit, profil lipid, dan urin lengkap. Kemudian, pencitraan, yakni USG, CT-Scan, dan MRI, juga biopsi ginjal," ujar Eka.