TEMPO.CO, Jakarta - Ultramaraton adalah lari jarak jauh yang biasanya dimulai dari jarak 50 kilometer dan lebih ekstriem dari maraton biasa. Tidak hanya dari jarak, ultramaraton juga bukan hanya melewati jalanan lurus dan rata namun seringkali melewati hutan atau rute yang naik turun.
Ultramaraton memiliki tingkatan yang jauh berbeda dari maraton, dan juga dampak yang berbeda pada tubuh. Banyak lomba yang diikuti kurang dari 100 pelari dan hampir tidak ada penonton. Baca: Persiapan Maraton dan Ultramaraton Tak Sama. Ini 4 Perbedaannya
Baca juga:
"Anda dikelilingi oleh alam," kata Amy Pope Fitzgerald dari Chantilly, Amerika Serikat, yang telah menjalani Korps Marinir dan dan rutin ikut lomba setiap tahun sejak 2012, seperti dikutip The Washington Post.
Larii 80 kilometer rata-rata memakan waktu 10 jam dan 160 kilometer biasanya sekitar 24 sampai 30 jam atau lebih. Berikut adalah beberapa dampak ultramaraton pada tubuh. Baca juga: Mau Ikut Ultramaraton, Siapkan Fisik dan Perlengkapan dengan Baik
#Halusinasi adalah bagian dari pengalaman ultramaraton. Berlari untuk waktu yang sangat lama pasti akan berakibat kelelahan yang ekstrem dan muncul bayangan aneh di saat-saat sulit, terkadang bisa berbahaya bagi pikiran. Tidur sejenak biasanya mampu memperbaiki masalah ini. Penglihatan kabur sementara bisa terjadi pada lomba yang lebih lama dan disebabkan oleh pembengkakan kornea.
#Masalah jantung jarang terjadi pada pelari jarak jauh karena berlari biasanya membuat jantung dan sistem peredaran darah lebih kuat. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelari jarak jauh mungkin memiliki risiko atrial fibrillation yang sedikit lebih tinggi karena detak jantung tidak teratur. Penelitian lain juga menunjukkan beberapa gangguan fungsi jantung sementara setelah balapan panjang, terutama pada peserta yang belum terlatih.
#Semua pelari jarak jauh harus sadar akan risiko hiponatremia terkait olahraga, kondisi yang berpotensi mematikan, yakni minum terlalu banyak air atau minuman olahraga yang akan melemahkan sodium tubuh, menyebabkan sel membengkak dan meledak. Suhu tubuh juga cenderung turun dan menyebabkan hipotermia.
#Pelari ultra juga membakar persentase lemak yang lebih tinggi dan biasanya membutuhkan makanan dan bisa menyebabkan masalah gastrointestinal. Semakin lama balapan, kram otot akan semakin mudah menyerang, paling sering di paha depan, paha belakang, dan betis. Penelitian menunjukkan kalau penyebab masalah adalah kelelahan pada mekanisme yang mengendalikan otot dan kontraksi.
#Tubuh stres, retak tulang, dan cedera karena terlalu banyak menggunakan seluruh otot dan rangka tubuh dapat mengganggu pelari jarak jauh. Fraktur stres di kaki paling umum terjadi pada pelari ultra, juga di pinggul, tulang paha, tulang kering, dan tulang betis. Artikel terkait: Alasan Wanita Lebih Perkasa dari Pria di Ultramaraton