TEMPO.CO, Jakarta - Data Pemantauan Status Gizi atau PSG 2017 menunjukkan angka balita stunting di Indonesia masih tinggi, sekitar 29,6 persen. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan batasan 20 persen untuk balita stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak, dari pertumbuhan tubuh, dan otak yang disebabkan kekurangan gizi dalam waktu lama.
Baca:
Biasakan Anak Makan Sehat, Ini Saran Psikolog
Stunting bisa berdampak pada tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, psikis, maupun tingkat kecerdasannya. Yang paling kasat mata dari akibat stunting adalah anak lebih pendek dari anak seusianya dan juga memiliki keterlambatan berpikir. Kondisi stunting disebabkan kesadaran akan makanan bergizi yang masih kurang, baik pada ibu hamil sampai ke anak setelah dilahirkan.
Pakar Tumbuh Kembang Anak serta Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI Cabang Jakarta, Rini Sekartini menjelaskan stunting bisa dicegah dengan memperhatikan pola makan dan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. "Pola makan yang benar adalah 5 sampai 6 kali sehari. Sarapan, camilan pagi, makan siang, camilan sore, makan malam, camilan malam," kata Rini di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 19 Oktober 2018.
Baca juga: Yuk, Mulai Gaya Hidup Sehat dari Makanan
Ilustrasi buah dan sayur segar. shutterstock.com
Rini Sekartini mengatakan, masih ada orang yang berpikir keliru tentang sarapan dan makan siang. "Kelupaan makan pagi lalu makan lebih banyak saat makan siang. Itu pemikiran yang salah," ucap dia. Sarapan dan makan siang tetap diperlukan sesuai dengan porsi, kebutuhannya, dan memperhatikan waktu makannya.
Jangan lupa juga sayur dan buah-buahan yang porsinya harus lebih banyak dibanding daging dan karbohidrat. Rini Sekartini mengingatkan agar piring makan berwarna-warni. Artinya, terdiri dari berbagai jenis makanan dengan takaran yang sesuai. "Piring makanan harus dibagi tiga porsi. Yang terbanyak adalah sayur dan buah-buahan," kata dia.
Sayur dan buah-buahan sebaiknya memenuhi setengah piring, sedangkan daging seperempat dari piring dan karbohidrat mengambil seperempat sisanya. Dalam menerapkan pola makan seimbang, orang tua menjadi contoh atau rujukan agar anak mau makan makanan dengan gizi yang cukup.
Artikel lainnya: Trik Makan Seimbang dari Ahli Gizi