TEMPO.CO, Jakarta – Gangguan tidur bisa menimpa siapa saja, tapi bukan berarti tak perlu dianggap sebagai masalah biasa. Baik disadari maupun tidak, tidur adalah salah satu cara mengurangi tekanan pekerjaan ataupun kompetisi dalam hidup. Untuk menjaga kondisi tubuh, dibutuhkan kualitas tidur yang baik. Pasalnya, saat tidur, bagian tubuh yang bekerja keras beristirahat dan menjalani proses regenerasi.
Meski begitu, kualitas tidur setiap orang berbeda-beda. Kondisi fisik dan mental akan sangat mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pola tidur, seperti terbangun pada malam hari, tidak bisa tidur, atau ketidakmampuan kembali tidur.
Namun masyarakat masih banyak yang tidak begitu memahami gangguan tidur. Bahkan ada juga yang menganggap gangguan tidur adalah hal biasa. Dokter spesialis THT-KL, Suriya Suwanto, mengatakan akibat gangguan tidur yang paling mudah dikenali adalah kelelahan, lemas, mengantuk, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi.
"Semua sel yang ada dalam tubuh membutuhkan istirahat. Jika tidak istirahat, maka energi tidak kembali. Pola tidur yang tidak benar menyebabkan gangguan tidur," katanya.
Dia menuturkan gangguan tidur juga disebabkan beberapa faktor, seperti lingkungan, tekanan pekerjaan, kejiwaan, juga genetika, seperti anatomi tubuh.
Untuk membantu menangani masalah tersebut, Rumah Sakit Royal Progress menggandeng MedAlpha membuka Royal Sleep Institute. Hal tersebut dilakukan untuk mengedukasi masyarakat luas dalam mencegah dan mengelola obstructive sleep apnea, yang dapat mengakibatkan kematian.
Artikel lain:
Tidur Cantik Mitos atau Fakta? Simak Penjelasan Ahlinya
13 Jurus Mengatasi Susah Tidur
Tingkatkan Kualitas Tidur dengan Kamar yang Nyaman