TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 20 Maret diperingati sebagai Hari Mendongeng Dunia. Mendongeng merupakan aktivitas yang menyenangkan. Mendongeng bisa mengajak anak menyelami dunia yang berbeda dan merangsang imajinasinya. Hanya saja, pendongeng juga harus peka dengan kondisi anak.
Baca juga:
Pendongeng Terbaik Buat Anak, Ibu
Mau Mendongeng, Bunda Jangan Egois ya
Pendiri sekaligus Ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak atau KPBA, Murti Bunanta mengatakan pendongeng harus memahami bagaimana keadaan anak ketika menyimak cerita. Sebab, selama 25 tahun mendongeng untuk anak-anak pasien kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau RSCM, ada beberapa rambu yang mesti diketahui pendongeng dari KPBA.
"Kami mendongeng tergantung kondisi anak, kalau mereka usai menjalani kemoterapi, kami tak akan mengganggu," kata Murti Bunanta seraya menambahkan kegiatan mendongeng di RSCM itu berjalan setiap pekan di hari Sabtu pagi. Mendongeng kepada anak yang sedang sakit, menurut Murti, juga tak boleh menguras tenaga anak dengan memancingnya tertawa terlau keras.
Sastrawan sekaligus Ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) Murti Bunanta. TEMPO/Fakhri Hermansyah
Rambu berikutnya adalah pendongeng dilarang bertanya apa sakit yang diderita anak atau menanyakan penyakit anak tersebut kepada orang tua atau pendampingnya. "Sebab kami datang bukan untuk menanyakan kesehatan mereka. Kami datang untuk menghibur," ucapnya. "Kami hanya ingin berbagi kebahagiaan supaya anak sejenak melupakan sakitnya."
Artikel lainnya: Menulis Cerita Anak-anak, Gampang-gampang Susah
Murti Bunanta yang merupakan pengarang buku anak-anak pertama yang karyanya diterbitkan di Amerika ini mencontohkan, ada anak yang lebih tenang ketika diambil darah atau disuntik sambil mendengarkan cerita. "Mereka asyik mendengarkan cerita sehingga bisa mendapatkan perawatan tanpa merasa sakit," ucapnya.
Selain itu, mendongeng bagi anak yang sedang sakit juga tak boleh bermuatan menasihati atau menyalahkan anak. "Misalnya, dongeng tentang anak yang sakit perut karena tidak cuci tangan sebelum makan," ucapnya.
Dengan cerita seperti itu, anak yang sakit tadi berpikir dia sakit karena perilakunya sendiri. Tak perlu juga cerita anak dibumbui dengan nasihat, misalnya dengan memasukkan kalimat, "karena kamu tidak berdoa", atau "sebab kamu tidak menurut kata-kata ibu", dan sejenisnya.