Kerap Dianggap Wajar, Kenali Kritikan yang Termasuk Mom Shaming
Reporter
Tempo.co
Editor
Yunia Pratiwi
Kamis, 18 November 2021 14:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mom shaming sebenarnya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari ibu yang tidak sadar melakukan mom shaming pada ibu lainnya. sehingga menganggap mom shaming sebagai hal yang lumrah, padahal itu bisa menyakiti dan berdampak pada kesehatan mental ibu.
Dari hasil survei yang dilakukan BukaReview terhadap 208 ibu muda atau Generasi Z, 88 persen ibu pernah mengalami mom shaming, lebih dari 90 persen ibu merasa mom shaming semakin marak terjadi, sedangkan 12 persen ibu merasa tidak pernah atau tidak sadar pernah melakukan mom shaming.
Mom shaming menurut Urban Dictionary adalah mengkritik atau mempermalukan seorang ibu atas pilihan cara asuhnya karena pilihannya berbeda dengan pilihan pelaku. Misalnya mengomentari ibu yang memberikan susu formula kepada anaknya sebagai tindakan yang salah, menyebut seorang ibu enggan repot mengurus anak karena menggunakan jasa babysitter, membandingkan tumbuh kembang anak, hingga mengomentari bentuk tubuh ibu dan bayi.
Mom shaming bisa berefek panjang. Ibu juga rentan merasa terisolir, merasa dirinya salah, dan tidak ada yang mendukungnya. “Efek mom shaming bisa membekas lama, makanya harus cepat diatasi agar ibu tidak sampai depresi,” kata psikolog Vera Itabiliana, dalam siaran pers yang diterima Tempo.
Selain itu, korban dari mom shaming akan mengalami kecemasan berlebih dan tidak percaya diri terhadap kemampuannya dalam mengurus anak. Korban juga akan menyalahkan diri sendiri tentang pola asuh yang diambil, hingga menganggap dirinya tidak pantas disebut ibu.
Vera Itabiliana menambahkan tidak semua bentuk kritikan dikategorikan sebagai mom shaming. Mom shaming harus dilihat dari dua sisi, yakni sisi yang memberikan pernyataan dan sisi yang mendengarkannya. Jika kritikan tersebut bersifat membangun, maka tidak bisa disebut sebagai mom shaming meskipun cara penyampaiannya terkesan menghakimi.
“Dibutuhkan kepekaan dari sisi yang mendengarkan untuk mem-filter omongan orang lain,” ujar Vera. “Kemudian baca juga raut wajah orang yang berbicara. Jika raut wajah yang menunjukkan rasa tidak suka, bisa jadi statement yang dilontarkan adalah mom shaming,” imbuhnya.
Ucapan yang tergolong mom shaming umumnya diikuti dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya intonasi, gaya menulis dan pemilihan kata yang terkesan menyudutkan dan menghakimi. Biasanya dilakukan di ranah umum (tapi bisa juga secara personal), dan tujuannya untuk mempermalukan karena menganggap dirinya lebih baik.
Meski isu mom shaming sudah terjadi sejak dulu, dengan adanya media sosial, isu ini semakin marak. Setiap orang bisa jadi melontarkan kritik sambil bersembunyi di balik akun anonim.
Selain itu, mom shaming tidak hanya dilontarkan sesama ibu, dari hasil survei BukaReview, 38 persen ibu paling sering menerima mom shaming dari saudara atau anggota keluarga, 18,5 persen dari oeang tua, 17 persen dari mertua, 11,5 persen dari orang yang tidak terlalu dikenal, 11 persen dari rekan kerja atau tema, 5,5 persen dari tetangga, 1,6 persen dari suami dan sisanya pernah menerima dari beberapa pihak.
Sebanyak 54 persen ibu menerima mom shaming melalui perbincangan atau chat pribadi, 32,7 persen di ranah umum atau grup chat, dan 8 persen lewar komentar media sosial.
Baca juga: Tanpa Disadari, 5 Hal ini Tanda Ibu Mom Shaming Diri Sendiri
ANDINI SABRINA