Tanam Benang Wajah agar Terlihat Awet Muda, Simak Efek Sampingnya

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Rabu, 3 Februari 2021 16:52 WIB

Ilustrasi Thread lift/ tanam benang. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Thread lift atau tanam benang wajah sudah ada sejak 1990-an, tapi makin populer dalam beberapa tahun ini. Prosedur kecantikan ini diklaim bisa mengencangkan kulit saat usia bertambah.

Dilansir dari Healthline, tanam benang dilakukan dengan memasukkan benang medis ke kulit, lalu menariknya sehingga kulit ikut terangkat. Benang ini lama-kelamaan akan terserap oleh jaringan bawah kulit, seperti halnya Botox.

Area wajah yang paling sering ditanam benang adalah rahang dan garis rahang, garis alis, area bawah mata, dahi, dan pipi. Tanam benang juga bisa dilakukan untuk mengangkat dan mengencangkan payudara, terutama setelah kehamilan dan penurunan berat badan.

Dibandingkan dengan facelift, tanam benang dianggap berisiko rendah. Hanya butuh waktu sekitar satu jam untuk melakukannya, setelah itu Anda dapat langsung bekerja kembali seperti biasa. Biaya yang dibutuhkan juga lebih murah daripada facelift.

Namun, prosedur ini disebut tidak seefektif facelift. Studi tentang hasil jangka panjangnya juga masih kurang. Rata-rata, tanam benang hanya bisa bertahan 1 hingga 3 tahun.

Meski dianggap prosedur minimal, tanam benang juga memiliki efek samping dan risiko komplikasi. Setelah prosedur, tak jarang orang mengalami memar, pembengkakan, berdarah, dan nyeri ringan di tempat benang ditanam.

Selain itu, ada 15 hingga 20 persen kemungkinan komplikasi, termasuk lesung pipit. Kemungkinan komplikasi kecil dan dapat dengan mudah diperbaiki.

Baca juga: Perawatan Mengencangkan Kulit HIFU, Apa Bedanya dengan Facelift?

Komplikasi lain yang bisa muncul antara lain reaksi alergi terhadap bahan di bahan ulir, pendarahan akibat prosedur yang menumpuk di belakang kulit, terlihat lesung atau tarikan di tempat benang telah dimasukkan, migrasi atau pergerakan benang yang tidak disengaja yang mengakibatkan kulit terlihat menggumpal atau menonjol, rasa sakit di bawah kulit akibat benang yang terlalu kencang atau tidak terpasang dengan benar.

Dari semua risiko, infeksi adalah yang paling diwaspadai. Tanda-tanda infeksi setelah tanam benang meliputi keluarnya cairan berwarna hijau, hitam, coklat, atau merah di lokasi tanam benang, bengkak selama lebih dari 48 jam, sakit kepala persisten, dan demam.

American Academy of Plastic Surgeons menyarankan menghindari penggunaan pelembap wajah selama beberapa minggu pertama setelah tanam benang wajah. Tidur pun sebaiknya dengan posisi kepala disangga agar benang tetap pada posisinya.

Advertising
Advertising

Berita terkait

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

1 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

4 hari lalu

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

5 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

7 hari lalu

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.

Baca Selengkapnya

Dapat Melembapkan Kulit, Apa Itu Lanolin?

13 hari lalu

Dapat Melembapkan Kulit, Apa Itu Lanolin?

Lanolin adalah pelembab kulit untuk mencegah dan mengatasi kulit yang kering, kasar, gatal, atau iritasi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

17 hari lalu

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

19 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

24 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

25 hari lalu

Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

Flu Singapura merupakan infeksi yang diakibatkan oleh virus. Penyakit ini sering menjangkiti anak-anak, terutama di bawah 7 tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

30 hari lalu

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

Otoritas kesehatan Jepang telah memperingatkan adanya lonjakan infeksi radang tenggorokan yang berpotensi mematikan

Baca Selengkapnya