3 Tips Utama Kelola Keuangan Puasa di Masa Pandemi

Rabu, 13 Mei 2020 06:07 WIB

Ilustrasi wanita memegang uang atau mendapat THR. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan masa Pandemi Covid-19. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman baru bagi hampir semua orang. Banyak lini kehidupan yang mesti disesuaikan termasuk juga dengan pengelolaan keuangan. Apalagi di bulan Ramadan biasanya kebutuhan harian juga meningkat.

Perencana Keuangan Prita Ghozie mengatakan hampir semua rumah tangga itu model keuangannya ialah mode survival. Sebab itu penting untuk membagi anggaran untuk living, saving, dan playing.

"Pertama pastikan juga berapa sih sebenarnya yang perlu kita keluarkan untuk hal-hal wajib. Mulai cicilan, bayaran sekolah, pastikan kita bisa makan dan minum. Kebutuhan ini termasuk dalam post living," ucap Prita dalam Talkshow Bergizi Mengelola Keuangan Saat Puasa dan Pandemi yang diinisai oleh Dokter Arti Indira dan Dokter Tompi, Senin 11 Mei 2020.

Kemudian untuk saving atau menabung, dalam kondisi pandemi ini kita harus mengetahui kondisi tabungan bisa sampai akhir tahun atau tidak. "Kuncinya kita mesti jujur dulu berapa pemasukan kita yang terhitung sampai akhir Desember ini," ujarnya.

Alokasi ketiga untuk playing yang kini telah menjadi kebiasaan baru lainnya yakni belanja online. Terkadang kita tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan yang belakangan ini sering menjadi keluhan banyak orang. Salah satu katarsis menghadapi masalah bersama ini banyak yang beralih belanja online.

Advertising
Advertising

"Kita bisa cek lagi berapa banyak barang dan berapa jenis, sebab ada beberapa orang yang stres release-nya dengan belanja. Mulai dari barang yang kita butuhkan mana yang tidak. Kelompokkan lagi antara apa yg benar-benar kita butuh atau sekadar beli," kata Prita.

Setelah mencatat semua anggaran, jika ternyata kurang baru mulai berpikir langkah selanjutnya, yakni mulai membuka peluang bisnis sebagai salah satu cara bertahan hidup. "Nah untuk saat ini bisnis makanan yang banyak diminati dan dibutuhkan. Perhatikan juga bisnis yang ramai di awal tapi kelamaan meredup dan tidak terlalu dicari yakni masker kain, sebab banyak orang cukup membutuhkan beberapa masker juga," ucap Prita.

Supaya bertahan di tengah bisnis yang beragam dan terkesan kompetitif, setelah melakukan riset market sederhana, Prita menyarankan untuk kolaborasi mengisi celah yang kosong dari kebutuhan bisnis. "Selain mengamati apa kebutuhan pasar juga saling support dalam satu core bisnis yang sama," lanjutnya.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

9 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

3 hari lalu

Perjanjian Pranikah, Perhatikan Ketentuannya

Perjanjian pranikah atau perjanjian pisah harta dilakukan kedua pasangan memiliki pendapatan atau bisnis sendiri masing-masing.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

3 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

4 hari lalu

Penjualan Manufaktur Suku Cadang Lesu, Pendapatan VKTR Teknologi Turun

Pendapatan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) turun karena penjualan manufaktur suku cadang lesu.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

5 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

10 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

10 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

10 hari lalu

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya