Cerita Work From Home para Pekerja Ibukota, Ada yang Stres dan Nyaman

Senin, 6 April 2020 20:05 WIB

Ilustrasi bekerja dari rumah (WFH). Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Bekerja di rumah atau belakangan ini populer dengan istilah work from home atau WFH. Kegiatan ini dilakukan karena pandemi virus corona baru atau COVID-19. Bisa saja work from home membuat sebagian orang yang tak terbiasa mengalami stres.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan Anda tetap menjaga jejaring sosial Anda selama isolasi diri. Meski ada anjuran pembatasan kontak fisik karena wabah ini, maka Anda bisa tetap terhubung dengan teman Anda melalui email, media sosial, konferensi video, dan telepon.

Kini memasuki minggu ke-empat masa bekerja dari rumah, keluhan mengenai kecemasan dan rasa tidak menentu kerap ditemukan di media sosial. Sebagian ada yang memang telah terbiasa dengan rutinitas dan memang lebih nyaman di rumah. Namun, tak sedikit juga yang sudah merasa bosan dan monoton karena terbiasa aktivitas di luar rumah.

Seperti pengakuan para pekerja ibukota yang dihimpun oleh Tempo.co. Pekerja media di Jakarta Nungki Kartikasari yang terbiasa menjalani aktivitas di luar rumah dan kerap berbeda tempat tujuan ini mengaku seperti orang cacingan atau dia menyebut kakinya sudah berakar. Ia juga mencari cara agar tetap bahagia meski di rumah dengan kegiatan yang dulu jarang dilakukan.

"Menghabiskan waktu bekerja di rumah sambil melakukan kegiatan seperti angkat jemuran ke atas, siram tanaman, menyapu dan mengepel sampai dua kali, bersih-bersih sampai bingung mau ngapain lagi. Jadinya enggak bisa diem mau nangis karena kebosanan," ucapnya saat dihubungi Tempo.

Advertising
Advertising

Begitu pun dengan salah satu staf pengajar di sekolah swasta internasional Eka Zuliati yang sudah merasa stres bekerja dari rumah karena jadi sering menghabiskan waktu di depan komputer. Terlebih ia terbiasa berhadapan mengajar dengan anak didiknya di sekolah. "Aku stres karena enggak ketemu anak-anak. Biarpun kalau ketemu mereka kadang stres juga," imbuhnya.

Rasa stres terkait perubahan emosi juga dirasakan oleh salah satu Jurnalis media cetak di Jakarta, Ferlynda Putri yang mengaku emosinya berubah saat di kamar terus, bahkan sampai konsultasi ke Psikolog. "Mungkin karena aku kos jadi yang dilihat cuma itu-itu saja makanya jadi pemarah. Bahkan kepikiran kebiasaan yang enggak menyehatkan aku lakukan lagi," keluhnya. Beruntung, Lynda juga berjualan sambal, sehingga masih ada aktivitas keluar rumah ke pasar beli bahan-bahan dan belajar masak lagi.

Ada yang merasa bosan, tak sedikit pula yang menikmati waktu selama kondisi work from home. Seperti yang dirasakan oleh salah satu pegawai bank asing Igna yang mengaku nyaman dengan WFH sebab pada dasarnya karena kepribadian dia soliter jadi kondisi sekarang membuatnya tetap nyaman.

Begitu pun pegiat NGO Nisa Rizkiah yang merasa senang work from home, karena memang dia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. "Masa WFH juga bisa menghindarkan kita dari orang-orang toxic, disadari atau tidak buat teman-teman tapi vibe-nya bagiku kerasa banget," ucapnya.

Senada dengan Nisa, mahasiswa strata 2 Reni Oktari juga lebih menyukai di rumah saja karena ia termasuk anak rumahan. Reni bukan tipe orang yang kangen ke mal atau nongkrong. "Lebih suka dan betah di kamar sendiri baik di kost dan rumah. lebih enak sendirian bisa suka-suka kita mau ngapain kalo sendiri," ucapnya.

Berita terkait

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

3 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

6 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

6 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

6 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

9 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

10 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

11 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

11 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

14 hari lalu

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

Stres sebabkan sakit punggung bisa terjadi lantaran tubuh Anda mengalami reaksi kimia sebagai respons terhadap stres.

Baca Selengkapnya

Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

16 hari lalu

Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

Studi menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua atau usai melahirkan anak pertama.

Baca Selengkapnya