Ciri Awal Virus Corona yang Wajib Diwaspadai Menurut para Ahli

Reporter

Tempo.co

Editor

Yunia Pratiwi

Kamis, 5 Maret 2020 08:00 WIB

Warga memeriksakan kesehatannya di Pos Pemantauan Virus Corona RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Selasa 3 Maret 2020. Menurut Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSPI Sulianti Saroso Tiursani Idawati, pos yang dibuka 24 jam gratis dan mulai dibuka pada minggu ketiga Januari itu mengalami peningkatan empat kali lipat pascapresiden mengumumkan dua orang positif Corona di Indonesia. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

TEMPO.CO, Jakarta - Kecemasan tentang penyebaran virus corona, jenis virus baru yang juga dikenal sebagai COVID-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, dirasakan publik. Sebab itu, sangat penting menyortir mitos dan fakta tentang penyakit baru itu.

Menurut para ahli, gejala virus corona sangat mirip dengan pilek, jadi sangat penting untuk mengetahui apa sebenarnya yang tampak dan terasa seperti virus corona sehingga Anda tidak panik dengan setiap bersin atau batuk.

"Gejala saat ini dilaporkan untuk pasien dengan COVID-19 termasuk penyakit pernapasan ringan hingga berat, demam, batuk, dan sesak napas," kara Dr. Andres Romero, seorang spesialis penyakit menular di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California, Amerika Serikat, seperti dilansir dari laman Bustle.

Charlotte Hespe, huru bicara Royal Australian College of General Practitioners, Australia, menambahkan bahwa sakit tenggorokan dan kelelahan juga ada termasuk dalam gejala virus corona. Tetapi gejalanya berbeda dari pasien ke pasien. Satu hal yang pasti: karena alergi dan pilek cenderung meningkat ketika kita memasuki musim semi, penting untuk tidak menafsirkan gejala pilek jinak sebagai virus corona.

Ada beberapa faktor spesifik yang dapat meningkatkan kemungkinan gejala Anda terkait dengan COVID-19. Pasien yang sangat tua, petugas kesehatan, dan orang-orang dengan kondisi kronis lebih mungkin untuk mengalaminya daripada penduduk lainnya - meskipun risiko itu masih sedikit, kata Dr. Romero. Pasien lanjut usia, hamil, atau yang imunosupresi adalah pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti pneumonia atau gagal ginjal, rentan terinfeksi virus corona.

Advertising
Advertising

"Pasien harus menelepon ke layanan kesehatan mereka jika mereka mengalami gejala dalam 14 hari setelah meninggalkan daratan Cina dan sejumlah negara berisiko tinggi lainnya, atau dalam 14 hari berhubungan dengan seseorang yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona," kata Dr. Hespe kepada Bustle.

Dua minggu adalah masa inkubasi maksimum untuk virus corona, atau jumlah waktu terlama antara pajanan dan gejala yang berkembang; sebagian besar gejala berkembang sekitar lima hari setelah pajanan, dan membuat Anda tetap terisolasi dari orang lain. Negara-negara berisiko tinggi untuk COVID-19 pada saat ini, katanya, termasuk Kamboja, Hong Kong, Indonesia, Iran, Italia, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand.

Hal terpenting yang harus dilakukan jika Anda berpikir Anda mungkin terinfeksi virus corona, kata para ahli, adalah tinggal di rumah dan jauh dari orang lain. "Isolasi rumah sukarela adalah langkah pertama dan paling penting," kata Dr. Romero. "Pada saat ini, gejala-gejala ini lebih mungkin disebabkan oleh influenza atau virus pernapasan lainnya daripada virus yang berhubungan dengan COVID-19."

Jika Anda telah terpapar pada seseorang yang menderita coronavirus atau baru-baru ini berada di negara berisiko tinggi, Anda harus mengisolasi diri sendiri dan melindungi orang lain dari gejala Anda. "Jauhi pekerjaan," kata Dr. Hespe.

COVID-19 disebarkan melalui kontak permukaan dengan tetesan pernapasan, jadi mencuci tangan secara teratur akan membantu menahannya. "Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik; terutama setelah pergi ke kamar mandi; sebelum makan; dan setelah menutup hidung, batuk, atau bersin," kata Dr. Romero. Selain itu, hindari menyentuh wajah, mata, atau mulut juga dapat menurunkan risiko Anda terinfeksi.

Jika Anda atau seseorang di rumah Anda mengalami gejala, sebaiknya memakai masker wajah, kata Dr. Romero. Tapi itu harus menjadi pilihan terakhir; Anda hanya harus melibatkan layanan darurat jika Anda memiliki gejala serius yang terasa seperti pneumonia. "Ini bukan untuk batuk atau sakit tenggorokan ringan," kata Dr. Hespe.

Yang terpenting, kata mereka, jangan panik. Kemungkinan besar tenggorokan Anda yang gatal atau serangkaian bersin hanyalah virus khas musim semi atau musim pancaroba saat ini, terutama jika Anda belum pernah berada di dekat siapa pun yang berisiko COVID-19, dan Anda tidak merasa demam atau sesak napas.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

4 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

5 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

6 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya