Selalu Berpikir Positif Ternyata Tak Baik untuk Kesehatan Mental

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Jumat, 27 Desember 2019 21:40 WIB

Ilustrasi wanita. Unsplash/Thien Dang

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika menghadapi masalah banyak orang mengatakan agar Anda harus tetap optimis dan berpikiran positif. Hal ini bertujuan agar Anda tidak mudah goyah dan menyerah begitu saja. Meski begitu, selalu berpikir positif ternyata bukan kebiasaan baik.

Selayaknya kehidupan, rasa senang dan sedih haruslah dirasakan secara adil. Jika terlalu terpaku pada hal positif dan mengabaikan emosi lainnya, maka Anda mengalami kondisi istilah toxic positivity. Kondisi ini biasanya sering terjadi dalam masyarakat dan mungkin bahkan Anda sendiri sedang mengalaminya.

Toxic positivity merupakan istilah yang masih baru dan umumnya merujuk pada keadaan saat seseorang mengesampingkan emosi negatif lainnya dan hanya merasakan emosi positif saja. Bila Anda sedang mengalami toxic positivity, Anda akan mengacuhkan rasa sedih dan marah, serta langsung menutupinya dengan pemikiran positif. Padahal, emosi-emosi negatif, seperti rasa sedih, kemarahan, kekecewaan, dan sebagainya merupakan emosi yang lumrah dan manusiawi serta berperan untuk menimbulkan kesadaran akan kondisi yang sedang dihadapi.

Dengan hanya fokus kepada emosi positif, Anda menekan atau bahkan menyangkal keberadaan dari emosi-emosi negatif tersebut. Toxic positivity tidak jauh berbeda dengan pemikiran ‘orang tangguh tidak boleh menangis’. Anda mungkin merasa bahwa menekan emosi negatif dan hanya fokus ke yang positif membantu Anda untuk bisa tetap bersemangat. Faktanya, dengan melakukan hal tersebut, Anda malah menjadi semakin stres karena tidak bisa menerima keadaan yang ada.

Selain itu, Anda juga akan semakin tidak menerima diri dan bahkan berimbas ke hubungan sosial. Anda mungkin akan mengelilingi diri dengan teman-teman yang tidak akan memberitahukan kebenaran kepada diri Anda atau bahkan bertengkar dengan orang-orang sekitar Anda. Toxic positivity mungkin tidak disadari dan terus-menerus dilakukan untuk menutupi realita yang terjadi dalam hidup Anda. Berikut ini adalah beberapa cirinya.

Advertising
Advertising

1. Tidak mengekspresikan emosi yang sebenarnya dirasakan
Saat Anda mengalami rasa sedih ataupun kecewa, Anda tidak mengutarakannya dan langsung menekan emosi tersebut dan menutupinya dengan rasa senang. Anda bahkan tidak berusaha untuk merasakan emosi negatif tersebut.

2. Hanya ingin menikmati emosi positif
Anda sama sekali tidak mempedulikan dan bahkan menyepelekan emosi negatif serta hanya ingin merasakan emosi positif seperti rasa gembira, dan sebagainya. Anda tidak berempati terhadap apa yang dialami oleh orang lain dan menyuruh orang tersebut untuk bersikap positif. Contohnya, ‘Jangan menangis, ayo pikirkan hal positif’.

3. Penggunaan kata ‘semuanya’ atau ‘tidak sama sekali’
Pemikiran ‘semuanya atau tidak sama sekali’ sangat sering dilontarkan oleh orang-orang yang terjebak dalam toxic positivity, misalnya kalimat ‘semuanya pasti ada hikmahnya’ atau ‘semuanya akan baik-baik saja’

4. Menyederhanakan segala emosi negatif
Emosi negatif yang melanda sering kali bukanlah emosi sederhana yang bisa diabaikan begitu saja. Orang yang mengalami toxic positivity akan berusaha untuk menekan emosi negatif tersebut dengan menyepelekannya ke dalam kalimat-kalimat sederhana, seperti ‘nanti akan jadi lebih baik’ atau ‘fokus ke hal positif’

5. Merasa bersalah
Seusai menekan semua emosi negatif tersebut, Anda merasa bersalah karena sebenarnya Anda menyadari bahwa apa yang dilakukan tidaklah tepat, tetapi tetap dilakukan karena Anda percaya bahwa itu adalah hal yang benar.

Daripada mengabaikan dan menekan emosi negatif, Anda sebaiknya merasakan emosi tersebut, terima keadaan yang terjadi dan setelahnya Anda dapat mencoba untuk melihat sisi terangnya. Anda tidak perlu berlama-lama larut dalam emosi negatif, tetapi tidak berarti Anda menekannya. Dari kesadaran akan emosi yang dialami, Anda bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mencari solusi yang tepat.

Hadapi emosi negatif tersebut dan cari cara yang sehat untuk mengatasinya. Misalnya, Anda bisa membicarakan masalah yang dialami kepada orang terdekat. Dengan demikian, Anda akan merasa lebih lega dibandingkan harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Emosi berperan untuk memberikan kesadaran dan menuntun Anda untuk menjadi lebih baik. Bila Anda merasa sedih akan suatu hal, Anda akan menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan dipedulikan.

SEHATQ

Berita terkait

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

3 hari lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

5 hari lalu

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.

Baca Selengkapnya

Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

6 hari lalu

Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

Para ibu perlu menjaga kesehatan mental agar tetap nyaman ketika beraktivitas dan tenang ketika mengasuh anak.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

12 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

12 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

13 hari lalu

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

19 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

31 hari lalu

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.

Baca Selengkapnya

4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

42 hari lalu

4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

Kecanduan game atau media sosial sangat buruk terhadap kemampuan kognitif anak. Berikut empat dampak jeleknya.

Baca Selengkapnya

Psikiater Ungkap Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan

42 hari lalu

Psikiater Ungkap Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan

Remaja rentan mengalami kecanduan karena kondisi perkembangan otak yang belum sempurna atau matang. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya