Memahami 3 Jenis Hipertensi dalam Kehamilan dan Cara Mengatasinya

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Selasa, 6 Agustus 2019 06:50 WIB

Ilustrasi hamil bermasalah. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi saat kehamilan seringkali berhubungan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Jika dibiarkan, hipertensi dalam kehamilan juga bisa membahayakan ibu hamil dan janinnya.

Komplikasi pada kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi terdiri dari 3 jenis, yaitu hipertensi gestasional, preeklamsia, dan eklamsia. Meski dianggap sama karena berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi, namun sebenarnya ketiga jenis hipertensi itu memiliki perbedaan.

Berikut ini perbedaan hipertensi gestasional, preeklampsia, dan eklampsia pada kehamilan.

1. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut dengan preeklampsia. Hipertensi gestasional dapat memengaruhi 6-8 persen wanita hamil. Kondisi ini biasanya terjadi setelah minggu ke 20 dalam kehamilan dan hilang setelah melahirkan. Sekitar 6 minggu pasca melahirkan, kondisi ini akan kembali normal. Namun, jika Anda memiliki tekanan darah yang tinggi, yaitu 140/90 mmHg sebelum hamil atau pada awal kehamilan, maka Anda bisa terus mengalaminya meski telah melahirkan.

Beberapa faktor risiko dari hipertensi gestasional yang mungkin terjadi pada Anda, yaitu kehamilan pertama, kehamilan kembar, kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil, berusia 40 tahun keatas ketika hamil, dan memiliki riwayat hipertensi atau preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.

Hipertensi gestasional dapat menyebabkan plasenta tidak mendapat cukup darah sehingga bayi kekurangan oksigen. Dalam mengatasi hipertensi gestasional, terdapat obat penurun tekanan darah yang bisa digunakan. Sebaiknya, Anda selalu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk mengawasi tekanan darah Anda selama kehamilan.

Advertising
Advertising

2. Preeklapsia
Pada kasus yang parah, hipertensi gestasional dapat menyebabkan preeklamsia. Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan tingkat protein yang tinggi dalam urin. Preeklamsia biasanya muncul di akhir kehamilan, namun dapat pula terjadi lebih awal ataupun berkembang setelah melahirkan.

Penyebab pasti dari preeklampsia tidaklah diketahui, namun terdapat berbagai anggapan mengenai penyebabnya, seperti plasenta yang tidak berfungsi dengan baik, nutrisi yang buruk, lemak tubuh yang tinggi, ataupun genetik.

Sedangkan, faktor risiko untuk preeklamsia meliputi kehamilan pertama, hamil pada usia remaja atau di atas 40 tahun, memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami preeklampsia, dan memiliki riwayat diabetes, ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis.

Sementara itu, tanda-tanda dari preeklamsia adalah berat badan bertambah dengan cepat, sakit perut, sakit kepala hebat, urine berkurang atau tidak keluar, penglihatan kabur, pusing, serta mual dan muntah. Preeklampsia tentu berbahaya karena dapat mencegah plasenta menerima banyak darah sehingga janin kekurangan oksigen dan nutrisi. Selain itu, ibu juga bisa mengalami eklampsia dan berbagai masalah lainnya.

Satu-satunya cara dalam mengobati preeklamsia adalah dengan melakukan persalinan lebih awal demi keselamatan Anda dan bayi. Dokter akan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melahirkan bayi Anda, kondisi bayi Anda dalam kandungan, dan seberapa parah preeklamsia yang Anda alami.

3. Eklampsia
Meski jarang, preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia jika sudah memengaruhi otak Anda. Eklampsia adalah komplikasi parah dari preeklampsia. Hal ini bukan hanya ditandai dengan tekanan darah yang tinggi, namun juga kejang, koma, atau bahkan kematian pada ibu hamil.

Meski tidak memiliki riwayat kejang, namun Anda dapat mengalaminya jika terkena eklampsia. Gejala-gejala dari eklampsia, yaitu kejang, hilang kesadaran, dan gelisah berat. Eklampsia dapat disertai dengan gejala preeklampsia ataupun tidak. Oleh sebab itu, Anda perlu waspada dan sering melakukan pemeriksaan kehamilan.

Jika Anda pernah atau sedang mengalami preeklampsia, maka Anda berisiko mengalami eklampsia. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia juga dapat memengaruhi plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, prematur, ataupun lahir mati.

Bukan hanya itu, ibu juga dapat mengalami berbagai komplikasi, seperti stroke, henti jantung, penyakit hati, bahkan kematian. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penanganan untuk eklampsia dan preeklampsia adalah dengan persalinan. Sementara itu, Anda juga mungkin memerlukan obat untuk mencegah kejang, yaitu obat antikonvulsan dan obat penurun tekanan darah.

SEHATQ

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

3 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

4 hari lalu

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Vitamin D3 berperan penting dalam pembentukan tulang, gigi dan otot janin. Kekurangan vitamin D3 selama masa kehamilan akan menyulut beragam risiko.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

7 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

12 hari lalu

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

Peserta diet Mediterania biasanya konsumsi lebih banyak sayuran, buah, kacang, biji-bijian, minyak sehat, serta ikan dan makanan laut jumlah sedang.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

14 hari lalu

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

15 hari lalu

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

24 hari lalu

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

Seiring bertambahnya usia, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat, terutama pada yang berumur di atas 35 tahun.

Baca Selengkapnya

5 Menu Lebaran Ini Sebaiknya Dihindari Penderita Hipertensi

24 hari lalu

5 Menu Lebaran Ini Sebaiknya Dihindari Penderita Hipertensi

Orang yang menderita hipertensi sangat disarankan menghindari 5 menu lebaran berikut ini.

Baca Selengkapnya

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

27 hari lalu

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

Semua orang bisa mengalami mual dengan berbagai penyebab. Kapan perlu mendapat perhatian khusus dan periksa ke dokter?

Baca Selengkapnya