Pentingnya Dukungan Keluarga untuk Atasi Depresi Pasca Melahirkan

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Sabtu, 13 Juli 2019 20:00 WIB

Ilustrasi depresi. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar wanita, akan merasakan setidaknya sedikit gejala dari sindrom baby blues setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan hormon secara tiba-tiba setelah proses persalinan, ditambah dengan stres, kurang tidur, kelelahan dan kesepian yang dirasakan.

Bagi sebagian wanita, gejala sindrom baby blues bisa mereda pada minggu kedua setelah persalinan. Namun bagi beberapa wanita lainnya, gejala ini bertahan dan bertambah parah. Sehingga, sindrom baby blues yang dialami, bisa berkembang menjadi depresi pasca melahirkan.

Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan dari Dokter dan Diri Sendiri

Salah satu faktor yang bisa memperparah kondisi baby blues, hingga bisa berkembang menjadi depresi adalah kurangnya dukungan keluarga serta lingkungan sekitar. Kebiasaan mengkritisi dan membandingkan segala hal yang dilakukan oleh ibu baru lainnya, bisa membuat sang ibu tertekan.

Sebagai pasangan, keluarga, atau teman dari ibu yang baru melahirkan, Anda perlu mengenali risiko gangguan mental yang bisa muncul pada ibu. Pasalnya, peran lingkungan sekitar dari ibu, merupakan salah satu faktor paling berpengaruh pada kondisi ini.

Advertising
Advertising

Depresi pasca persalinan, bisa muncul beberapa hari hingga beberapa bulan setelah proses persalinan. Ibu akan merasakan hal yang sama dengan sindrom baby blues, hanya saja perasaan-perasaan tersebut akan dirasa lebih kuat dan terjadi lebih lama. Depresi juga membuat ibu tidak bisa melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik. Bahkan, gangguan ini juga memengaruhi kondisi fisik.

Seorang ibu bisa terkena depresi pasca melahirkan karena faktor perubahan biologis di tubuh dan faktor psikologis. Faktor biologis berkaitan dengan perubahan hormon. Sementara itu faktor psikologis, dapat berkaitan dengan kurangnya dukungan yang diterima, merasa kesepian dan hidup sendiri, hingga konflik pernikahan.

Tekanan yang datang dari teman, keluarga, atau bahkan pasangan, kepada ibu baru mengenai tuntutan peran sebagai ibu yang baik, cara mengurus anak, hingga komentar seputar penampilan fisik ibu setelah melahirkan, bisa memicu stres yang kemudian dapat berkembang menjadi depresi pasca persalinan.

Di Indonesia, sudah bukan hal baru, orang di sekitar ibu yang baru melahirkan, justru berperan menjadi pemicu depresi pasca persalinan. Komentar-komentar bagi ibu, yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai ramah tamah, justru bisa berperan sebagai pemicu depresi.

Sebab, komentar-komentar tersebut, yang umumnya cenderung mempertanyakan kemampuan ibu baru, membuat ibu merasa kekurangan dukungan secara emosional. Maka dari itu, alih-alih mengomentari cara ibu dalam mengurus anaknya, berikanlah dukungan yang dibutuhkannya. Jika dukungan tidak kunjung diberikan, maka munculnya depresi pasca persalinan, akan sulit untuk dicegah.

Selanjutnya: Gejala yang timbul pada ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan
<!--more-->
Anda perlu mengenali gejala depresi pasca persalinan. Sehingga, ketika gejala tersebut mulai muncul, Anda dapat segera membantu ibu yang baru melahirkan anak, untuk mengatasi kondisi ini.

Jangan sampai, saat gejala tersebut muncul, Anda justru mengkritik perilaku ibu, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan standar pengasuhan anak atau standar perilaku ibu yang baik menurut Anda. Gejalan depresi pasca melahirkan yang perlu dikenali di antaranya merasa sedih terus-menerus, lebih sering menangis tanpa alasan tertentu, terlalu cemas terhadap segala hal, mudah marah, terlalu lama tidur atau justru tidak bisa tidur, meski bayi sedang terlelap.

Gejala lainnya sulit berkonsenterasi serta mengingat dan memutuskan sesuatu, sering pusing, sakit perut, dan nyeri otot. Tidak tertarik melakukan hal yang sebelumnya dianggap menyenangkan. Tidak nafsu makan atau justru nafsu makannya meningkat dengan sangat drastis. Tidak ingin bertemu dengan teman atau keluarga, dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Bahkan kesulitan membangun ikatan emosional dengan bayi, terus-menerus meragukan kemampuannya dalam mengurus anak dan berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau anaknya.

Apabila istri, teman, keluarga, atau anak Anda baru saja melahirkan, dan menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada depresi pasca persalinan, maka Anda perlu memberikan dukungan yang tepat. Berikut ini, langkah yang bisa Anda lakukan untuk mendukung ibu yang baru melahirkan:

#1. Kenali gejalanya
Pasangan dan keluarga, sebagai orang-orang terdekat dari ibu, biasanya menjadi yang pertama menyadari munculnya gejala depresi pasca melahirkan Dengan memahami berbagai gejalanya, Anda bisa segera memberikan pertolongan kepada ibu, agar kondisinya tidak bertambah parah.

#2. Jadilah pendengar yang baik
Jadilah pendengar yang baik, saat ibu menceritakan kesulitannya menghadapi masa-masa setelah persalinan. Tunjukkan kepada ibu, bahwa Anda peduli dengan kondisi kesehatannya, dan bahwa kesehatan ibu tidak kalah penting dari kesehatan bayi. Dengarkan keluh kesahnya, dan jangan meremehkan kesulitan yang sedang ia rasakan. Buat ibu merasa aman dan nyaman untuk bercerita dengan Anda, agar bisa mengurangi beban pikirannya.

#3. Berikan dukungan
Beritahu ibu, bahwa ia tidak sendiri dalam menjalani masa-masa ini. Tawarkan bantuan, agar ia bisa beristirahat sejenak dari rutinitas mengurus Si Kecil. Biarkan ia meluangkan sedikit waktu untuk bertemu dengan teman. Selain itu, tawarkan juga bantuan untuk menggantikannya melakukan pekerjaan rumah seperti berbelanja keperluan, memasak, atau membersihkan rumah.

#4. Tawarkan bantuan
Ibu yang menunjukkan tanda-tanda depresi, mungkin akan enggan untuk mencari bantuan profesional yang bisa membantu meringankan kondisinya. Karena itu, Anda bisa menawarkan bantuan untuk mencari psikolog atau psikiater.

SEHATQ

Berita terkait

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

6 hari lalu

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

7 hari lalu

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.

Baca Selengkapnya

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

16 hari lalu

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

Seiring bertambahnya usia, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat, terutama pada yang berumur di atas 35 tahun.

Baca Selengkapnya

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

19 hari lalu

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

Semua orang bisa mengalami mual dengan berbagai penyebab. Kapan perlu mendapat perhatian khusus dan periksa ke dokter?

Baca Selengkapnya

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

19 hari lalu

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

Perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.

Baca Selengkapnya

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

20 hari lalu

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

Tiga dari 4 wanita selama periode hamil dan atau pasca melahirkan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur buruk, atau gangguan tidur

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

21 hari lalu

Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

Ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan melalui USG hingga membawa camilan berprotein tinggi untuk perjalanan mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

24 hari lalu

Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih diimbau rutin cek kesehatan mulai dari gula darah, tekanan darah, hingga jantung karena risiko lebih tinggi.

Baca Selengkapnya

Hasil Penelitian: Wanita yang Alami Komplikasi Kehamilan Berisiko Terkena Penyakit Jantung

34 hari lalu

Hasil Penelitian: Wanita yang Alami Komplikasi Kehamilan Berisiko Terkena Penyakit Jantung

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami komplikasi saat menjalani kehamilan cenderung memiliki risiko terkena penyakit jantung.

Baca Selengkapnya

Keguguran 3 Kali, Olivia dan Denny Sumargo Akhirnya akan Sambut Anak Pertama

38 hari lalu

Keguguran 3 Kali, Olivia dan Denny Sumargo Akhirnya akan Sambut Anak Pertama

Olivia Allan menceritakan perjuangannya mendapatkan anak hingga sempat menolak ditemani Denny Sumargo di dokter.

Baca Selengkapnya