Tuduhan Pelecehan Ariana Grande Dibelokkan ke Busana, Hati-hati
Reporter
Astari Pinasthika Sarosa
Editor
Rini Kustiani
Minggu, 2 September 2018 17:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi pop Ariana Grande hadir di acara pemakaman penyanyi legendaris Aretha Franklin, pada Jumat 31 Agustus 2018, di Detroit, Amerika Serikat. Di acara tersebut, penyanyi berusia 25 tahun ini memberikan penghormatan terakhir dengan menyanyikan lagu Aretha Franklin yang populer berjudul ‘(You Make Me Feel Like) A Natural Woman’.
Baca juga:
Bahasa Tubuh Ariana Grande yang Menolak Dirangkul Pendeta Ellis
Seusai bernyanyi, pempimpin upacara pemakaman pendeta Charles H Ellis III mengajak Ariana Grande untuk berdiri bersama di mimbar. Pendeta Ellis menggiring Ariana Grande dengan merangkul bagian tubuhnya. Dari foto dan video yang beredar, tangan kanan pendeta Ellis berada tepat di samping payudara Ariana Grande.
Kejadian ini membuat heboh karena pendeta Ellis dianggap telah melakukan pelecehan terhadap Ariana Grande. Kendati dia sudah meminta maaf dan tidak bermaksud melakukan sesuatu yang dianggap melecehkan, perdebatan tentang ini masih terus berlanjut. Pendeta Ellis menyatakan merangkul dan memeluk semua orang yang tampil di pemakaman itu sebagai bahasa cinta, tanpa memandang dia perempuan ataupun laki-laki.
Banyak orang memberikan simpati kepada Ariana Grande dan memahami situasi, sulitnya menolak atau mengungkapkan ketidaksukaannya di depan publik. Jika memperhatikan video yang beredar, tampak bahasa tubuh Ariana Grande menunjukkan ketidaknyamanan berada di atas mimbar bersama pendeta Ellis. Tanda pagar #RespectAriana pun bergulir dan menjadi terpopuler.
Di samping simpati, ada juga yang menyoroti penampilan Ariana Grande saat upacara pemakaman yang berlangsung di gereja itu. Mereka menuding busana Ariana Grande terlalu pendek, sedangkan ada aturan tak tertulis yang menganjurkan sebaiknya memakai busana yang panjangnya sampai lutut atau di bawah lutut ketika ke gereja.
Ariana Grande tiba di acara pemakaman Aretha Franklin bersama calon suaminya, Pete Davidson. Dia memakai gaun mini hitam tanpa lengan dengan mesh di bagian dada. Mengutip InStyle, Ariana Grande melengkapi penampilannya dengan choker berlian, stiletto tinggi, menerapkan eyeliner bersayap, dan rambut kuncir tinggi yang selama ini menjadi ciri khasnya.
Selanjutnya: Ariana Grande bicara tentang pilihan perempuan
<!--more-->
Pada 28 Desember 2016, Ariana Grande mengungkapkan tentang pilihan perempuan. "Pilihan perempuan. Tubuh, pakaian, pilihan musik, kepribadian kita. Menjadi seksi, genit, dan menyenangkan. Itu semua bukan 'undangan' terbuka," tulis Ariana Grande di akun Twitter-nya. Makna dari postingan itu adalah, setiap perempuan bebas menjadi dirinya sendiri. Dan apapun pilihan mereka bukan untuk memancing reaksi siapapun dan dalam bentuk apapun.
Psikolog Sandra Shullman mengatakan penampilan terutama pilihan busana perempuan kerap dijadikan kambing hitam atau pembenaran dari berbagai kasus pelecehan maupun kekerasan seksual. "Padahal faktanya banyak korban pelecehan seksual yang memakai busana yang sesuai dan pada akhirnya mereka bertanya, 'kenapa saya jadi korban?'," ucap Sandra Shullman seperti dikutip dari Huffington Post.
Sandra Shullman yang juga pimpinan dari Leadership Institute for Women in Psychology atau LIWP menegaskan, mereka yang menyalahkan cara perempuan dalam berbusana artinya menarik tudingan pelecehan itu ke arah korban, sehingga mengalihkan tanggung jawab pelaku kepada korban. "Padahal ketika menyangkut pelecehan dan kekerasan seksual, pakaian apapun yang dikenakan tidaklah penting."
Baca juga:
Terapi PTSD, Pasca Bom di Konser Ariana Grande
Rambut Ariana Grande Selalu Dikuncir Tinggi, Ada Alasannya