Penyakit Jantung Bawaan sejak Bayi, Apa yang Harus Diperhatikan
Reporter
Bisnis.com
Editor
Yayuk Widiyarti
Senin, 23 April 2018 14:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dengan jumlah kelahiran di Indonesia sekitar 4,5 juta orang per tahun, diperkirakan terdapat lebih dari 40.000 bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan. Dari jumlah itu, hampir sepertiganya mengancam jiwa sehingga memerlukan penanganan khusus sejak hari pertama kehidupannya.
Menurut Oktavia Lilyasari, Bendahara Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), faktor utama dari penyakit jantung bawaan (PJB) adalah faktor maternal, atau berasal dari ibu yang mengandung.
"Seorang wanita yang mengidap diabetes, maka anak yang dikandung berisiko mengalami PJB sebesar 20 persen," ungkapnya.
Berikutnya adalah faktor genetik, bila orang tua atau saudara kandung dari bayi di dalam kandungan mengidap PJB, maka bayi tersebut juga memiliki risiko lebih besar dari bayi biasanya. Lalu faktor lingkungan, seperti banyak radiasi atau polusi dapat meningkatkan risiko PJB.
Baca juga:
Orang Sehat pun Bisa Alami Penyakit Jantung, Simak Penjelasannya
Cegah Penyakit Jantung dengan Olahraga dan Makanan Seimbang
6 Gejala Serangan Jantung yang Kerap Diabaikan
Lalu kumpulan gejala dan ada yang disebabkan kelainan kromosom. Adapun sindrom yang paling sering ditemukan adalah trisomi 21 (down syndrome). Biasanya, penderita down syndrome memiliki kondisi wajah yang khas. Kemudian ada juga trisomy 18 yang langka tetapi mematikan.
Faktor risiko PJB lain adalah infeksi dan kembali lagi, yang menjadi pangkal adalah sang ibu, seperti toksoplasma, rubella. Gaya hidup ibu juga dapat memberikan risiko terhadap janin yang dikandung, seperti merokok dan minum alkohol.
Dia mengatakan, PJB penting diedukasi mengingat masyarakat mempunyai masalah besar karena kebanyakan masih berada di kalangan menengah ke bawah. Lalu, tingkat pendidikan juga belum tinggi sehingga sering menjadi masalah.
Mereka tidak mengerti misalnya jika kuku anak berwarna biru dianggap ada hal-hal mistis. Mereka tidak berpikir bahwa itu adalah ciri-ciri penyakit jantung bawaan dan harus segera dibawa ke dokter. Atau merasa kasihan karena berpikir anaknya masih bayi dan sudah harus berada di meja operasi.
"Sikap tersebut salah karena bila bayi penderita PJB sudah besar, sangat sulit dilakukan penanganan," tegasnya.