Ayo Pijat dan Rasakan Khasiatnya buat Kesehatan

Reporter

Antara

Kamis, 4 Januari 2018 15:38 WIB

Ilustrasi pijat. youtube.com

TEMPO.CO, Jakarta - Bersyukurlah Anda yang suka dipijat ketika lelah. Hasil penelitian menunjukkan beragam manfaat pijat untuk kesehatan, mulai dari mengurangi nyeri otot setelah berolahraga hingga stres.

Puluhan penelitian dalam beberapa dekade terakhir mengaitkan pijat dengan manfaat fisik dan psikologis. Sebuah penelitian di Australia mendapati pijatan pada otot selama 10 menit usai berolahraga bisa mengurangi rasa sakit hingga 30 persen.

Satu penelitian terpisah mengenai pijat mengungkap penurunan kadar hormon stres kortisol hingga 31 persen, sementara kadar hormon baik seperti dopamin dan serotonin meningkat sekitar 30 persen. Riset mengenai beragam bentuk pijat mandiri juga membuktikan bahwa memijat otot sendiri bisa mengurangi nyeri otot dan meredakan gejala sakit, bahkan pada orang dengan osteoartritis.

Faktanya, meredakan rasa sakit - bersamaan dengan penurunan depresi - adalah salah satu manfaat yang paling sering dikaitkan dengan pijat dalam penelitian, kata Direktur Touch Research Institute di Universitas Miami, Amerika Serikat, Tiffany Field.

Field mengatakan beberapa penelitiannya menunjukkan pijat dapat memperbaiki fungsi sistem kekebalan pada orang dengan kanker payudara dan leukimia, sekaligus mengurangi rasa sakit fisik dan emosional. Ia menambahkan beberapa studi fMRI menunjukkan pijatan meningkatkan aliran darah di area otak yang berhubungan dengan suasana hati dan regulasi stres.

Advertising
Advertising

"Reseptor tekanan di bawah kulit ketika dirangsang meningkatkan aktivitas vagal," katanya merujuk pada saraf vagus, komponen utama dalam sistem saraf manusia yang berperan dalam fungsi otonomik, seperti detak jantung, pernafasan, dan pencernaan.

Baca juga:
Pijat Hilangkan Rasa Lelah dan Stres, Ada Bahayanya?
Pijat Wajah Sendiri di Rumah, Begini Caranya
Mau Pijat Bayi, Ketahui Teknik dan Waktu yang Tepat

Peningkatan aktivitas dalam saraf vagus bisa memberikan efek ketenangan, yang menjelaskan penurunan kortisol dan gejala terkait stres lainnya. Ketika siku atau lutut terbentur dan sakit, insting pertama adalah mengusap tempat yang sakit, kata Field.

"Ini berperan dalam apa yang disebut 'gate theory of pain', yang berteori bahwa otak tidak bisa sepenuhnya mencatat stimuli sakit ketika reseptor sentuhan yang lain diaktifkan. Ini jalan lain bagaimana sakit bisa diredakan dengan pijat,"jelasnya.

Dalam hal perbaikan fungsi imun, ia menjelaskan, perubahan hormon dan sistem saraf yang terjadi setelah pemijatan bisa melindungi sel-sel pembunuh alami dalam sistem imun, satu jenis sel darah putih yang memerangi virus dan membantu mencegah pertumbuhan tumor.

Namun, semua itu masih kontroversial. Beberapa studi hanya menemukan bukti lemah yang menunjukkan pijat bisa mengurangi rasa sakit. Selain itu, ada rintangan besar yang dihadapi Field dan para peneliti lain untuk merancang studi pijat yang meniadakan efek plasebo.

"Masih sulit untuk menentukan seberapa banyak idealnya," kata Field, sebagaimana dikutip laman Time.

"Kebanyakan studi meneliti satu pijatan sepekan," katanya. "Namun belum banyak studi komprehensif yang membandingkan frekuensi pijat yang berbeda. Saya selalu bilang bahwa ini mungkin seperti olahraga, lebih banyak lebih baik."

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

6 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

12 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

14 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

15 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

22 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

23 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

23 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

24 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

24 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya