Pakai Alat KB Implan Tak Bisa Haid, Mitos atau Fakta?

Reporter

Yunia Pratiwi

Rabu, 13 Desember 2017 16:33 WIB

Seorang dokter memasang Implan kepada peserta KB gratis pada acara hari keluarga berencana di Lapangan Balla Lompoa, Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (4/9). TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Jakarta - Implan merupakan salah satu jenis alat KB atau kontrasepsi yang memiliki tingkat resiko kehamilan lebih rendah dibanding alat KB lain seperti pil, suntik, atau IUD. Tingkat efektivitas pemakaian implan mencapai 99,95 persen.

Cara pemakaiannya juga sangat mudah dan cepat, tanpa menggunakan operasi. Implan yang berbentuk batang dengan diameter 2-3 milimeter itu dimasukkan ke bagian bawah kulit lengan atas. Selain itu, implan dapat digunakan oleh ibu menyusui, tidak mengganggu kehamilan, dan setelah dilepas kesuburan dapat pulih kembali.

Meski begitu, implan juga memiliki beberapa efek samping, membutuhkan sayatan kecil saat memasang dan mengangkatnya, serta tidak memproteksi paparan infeksi panggul serta HIV-ADIS.

“Efek samping yang paling mengganggu adalah pendarahan, bisa karena flek pada vagina atau juga karena tidak mengalami menstruasi, dan dianggap gangguan perdarahan,” ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan Julianto Witjaksono dalam diskusi Forum Ngobras, di Jakarta, Senin, 11 Desember 2017.

Artikel lain:
Ingin Cepat Punya Anak, Sarankan Suami 4 Makanan Ini
Manfaat Mengatur Jarak Kelahiran demi Kesejahteraan Keluarga
Jadi Ibu Akan Tingkatkan Kecerdasan

Advertising
Advertising

Julianto menjelaskan mitos yang beredar akibat pemakaian implan adalah gangguan pendarahan yang tidak mengalami haid. Implan yang mengandung hormon progestin membuat selaput lendir rahim tipis sehingga darah haid menjadi sangat berkurang dibandingkan jika menggunakan alat kontrasepsi spiral.

“Tidak mens ini mengganggu wanita, kalau enggak mens darah kotor enggak keluar. Pada manusia tidak ada darah kotor atau bersih, memang ada tapi dibersihkan di paru-paru. Darah haid keluar karena memang ada siklus hormon yang menyebabkan wanita mengalami mens, bukan soal darah bersih dan kotor,” ujar Konsultan Fertilitas dan Endokrinologi dan Reproduksi Rumah Sakit Universitas Indonesia ini.

Beberapa pengguna implan mengalami efek samping di bulan pertama setelah pemakaian, di antaranya bercak darah ringan selama beberapa hari, pendarahan tidak teratur, pola darah haid sedikit, dan tidak mengalami haid. Umumnya efek samping terjadi di tahun pertama, kedua, sampai ketiga pemakaian, sementara di tahun berikutnya sudah normal kembali.

Berita terkait

Mitos soal Alat Kontrasepsi yang Jadi Faktor Penghambat Program KB

20 Oktober 2023

Mitos soal Alat Kontrasepsi yang Jadi Faktor Penghambat Program KB

Pakar menyebut berbagai mitos seputar penggunaan obat dan alat kontrasepsi masih jadi tantangan cakupan pelayanan program KB.

Baca Selengkapnya

Waktu yang Tepat Pasang Alat Kontrasepsi IUD

11 Februari 2023

Waktu yang Tepat Pasang Alat Kontrasepsi IUD

Waktu terbaik untuk memasang alat kontrasepsi IUD adalah saat menstruasi. Ini sebabnya.

Baca Selengkapnya

Kiat Hubungan Suami Istri Tetap Lancar meski dalam Program Keluarga Berencana

29 Juni 2022

Kiat Hubungan Suami Istri Tetap Lancar meski dalam Program Keluarga Berencana

Pakar bagi tips hubungan suami istri tetap nyaman meski sedang menjalani program Keluarga Berencana. Berikut sarannya.

Baca Selengkapnya

Alat KB Baru di Amerika Berupa Gel, Simak Caranya Cegah Kehamilan

30 Mei 2020

Alat KB Baru di Amerika Berupa Gel, Simak Caranya Cegah Kehamilan

Pemerintah Amerika Serikat menyetujui alat KB baru, Phexxi, per minggu lalu.

Baca Selengkapnya

Menjajal Layanan KB di Puskesmas

10 Desember 2018

Menjajal Layanan KB di Puskesmas

Dengan layanan KB gratis di Puskesmas, saya bisa menghemat Rp 500 ribu ketimbang memasangnya di rumah sakit.

Baca Selengkapnya

Dokter: Alat KB Implan Cocok untuk Perempuan di Atas 40 Tahun

13 Desember 2017

Dokter: Alat KB Implan Cocok untuk Perempuan di Atas 40 Tahun

Implan atau susuk adalah jenis alat KB yang diklaim cukup efektif mengontrol kehamilan dan paling rendah tingkat kegagalannya.

Baca Selengkapnya