Beda Ibu yang Ikut Komunitas Kesehatan dan Tidak

Jumat, 24 November 2017 16:36 WIB

Ilustrasi anak sakit. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki anak berkebutuhan khusus membuat orang tua harus memberikan perhatian ekstra. Berbagai perawatan yang dibutuhkan sang anak pun tak hanya menguras tenaga secara fisik, tapi juga mental. Karena itu, orang tua dengan anak berkebutuhan khusus pun perlu dukungan lebih dari orang di sekitarnya.

Baca juga:
Tak Selamanya MSG Buruk buat Kesehatan
Dicap Berbahaya, Faktanya Makanan Ini Menyehatkan
Gejala Haid yang Menunjukkan Ada Masalah Kesehatan


Komunitas bisa menjadi salah satu wadah bagi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus untuk berbagi masalah. Menurut psikolog Lifiana Dewi Pohan, mengikuti komunitas menjadi penting untuk keluarga pasien yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.

Keluarga membutuhkan ruang untuk mendiskusikan informasi yang membingungkan. "Ini menjadi dukungan sosial bagi keluarga tersebut," kata Lifiana. Dengan adanya lingkungan terdekat yang menunjukkan perhatian, kepedulian, dan kasih sayang, keluarga itu merasa tak sendirian menghadapi situasi yang sulit.

Lifiana menambahkan, pelibatan para ahli diperlukan dalam komunitas seperti ini, seperti dokter, psikolog, tenaga medis, ahli hukum, atau ahli ekonomi. Mereka bisa membantu menjawab, bahkan mengatasi masalah yang dihadapi anggota komunitas. Terlebih, sekarang banyak informasi tak benar yang beredar. Adanya para ahli dapat membantu menjawab dan meluruskan informasi yang menimbulkan kebingungan bagi pasien dan keluarga," kata pengajar bidang studi psikologi klinis di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Dokter spesialis anak, Anindita Soetadji, merupakan salah satu dokter yang bergabung dalam komunitas keluarga dengan anak yang membutuhkan perawatan kesehatan jangka panjang. Anindita tergabung dalam Little Heart Community, komunitas orang tua dengan anak yang menderita penyakit jantung bawaan.

Dokter yang biasa disapa Anin ini mengatakan banyak orang tua berkeluh kesah tentang penyakit anaknya. Sebagai dokter, ia biasanya memberikan edukasi dan bimbingan. "Ikut nangis kalau mereka nangis, ikut happy kalau mereka happy, njewer kalau ada yang enggak bener," ujarnya.

Anin merasakan perbedaan keluarga pasien yang mengikuti komunitas dan tidak. Mereka yang mengikuti komunitas, kata dia, cenderung lebih terdidik, berpengetahuan dan berwawasan lebih luas, serta memiliki lebih banyak teman atau koneksi.

"Karena dalam komunitas itu para anggota berkomunikasi," tuturnya. Mereka juga lebih percaya diri dan termotivasi untuk sembuh. Setidaknya, mereka mau berusaha hidup lebih sehat dan mau memotivasi orang lain agar tak mengalami kejadian seperti mereka.

Salah satu orang tua yang merasakan manfaat bergabung dengan komunitas adalah Dian Intania Lesmana. Anaknya yang kini berusia 12 tahun menderita sindrom Dandy Walker, yakni malformasi bawaan sejak lahir pada bagian belakang otak, yang mengendalikan gerak dan daerah sekitar, yang dipenuhi cairan. Kondisi ini membuat perkembangan Arya jauh lebih lambat dibanding kawan-kawan seusianya.

Dian bergabung dengan grup WhatsApp Dandy Walker Parent sekitar lima tahun lalu. Melalui komunitas ini, ia banyak mendapatkan masukan saat kebingungan dengan kondisi Arya. Sejak bergabung dengan komunitas ini pun Dian jadi tak gampang panik dan paham bagaimana mengatasi jika anaknya kejang atau sedang kumat, kapan harus dibawa ke dokter, atau kapan cukup dirawat sendiri.

Bahkan kini ia pun bisa ikut menjawab pertanyaan para orang tua yang masih panik menghadapi kondisi anaknya. Di sisi lain, karena kesamaan nasib para anggota grup, mereka sudah begitu dekat meski baru sekali bertemu. Dengan grup ini pun ia bisa mendapatkan teman-teman baru.

Ia juga bisa berbagi tentang perkembangan Arya sekecil apa pun, misalnya saat anaknya mulai bisa berjalan pada usia sembilan tahun. "Perkembangan sedikit apa pun pasti cerita. Karena lokasinya jauh-jauh, dengan berbagi di grup WhatsApp saja sudah benar-benar membantu,” ucapnya.

DWI NUR SANTI | NUR ALFIYAH

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

10 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

12 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

12 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

12 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

13 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

13 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

16 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya