TEMPO.CO, Jakarta - Rokok merupakan salah satu pemicu masalah kesehatan yang dihadapi penduduk dunia. Kandungan nikotin dalam rokok diketahui berisiko timbulkan berbagai penyakit seperti jantung, stroke, kanker, impotensi, hingga infertilitas.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi konsumsi rokok. Mulai dari penaikan harga jual hingga menciptakan berbagai alat bantu untuk tujuan tersebut. Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto menuturkan salah satu produk yang diciptakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tembakau adalah rokok elektrik.
Saat ini sudah beredar berbagai macam rokok elektrik. Generasi terbaru saat ini sedang menjadi primadona, yaitu vape. Rokok elektrik ini menggunakan sistem penguapan untuk menghasilkan asap putih seperti pada rokok konvensional. Vape juga dibuat lebih menarik dengan berbagai varian rasa.
“Pada awalnya rokok elektrik memang diciptakan untuk membantu perokok meninggalkan tembakau,” ujar Agus.
Sayangnya, kini rokok elektrik tidak lagi diimanfaatkan untuk membantu berhenti merokok, tetapi justru dikonsumsi sebagai alat baru untuk memasukkan nikotin ke dalam tubuh.
Agus menuturkan, untuk berhenti merokok sebenarnya dikenal istilah Nicotine Replacement Therapy (NRT) atau terapi pengganti nikotin. Rokok elektrik rendah nikotin termasuk dalam kategori ini. Jika benar-benar ingin memanfaatkan rokok elektrik untuk berhenti menghisap tembakau, Agus menjelaskan terdapat beberapa hal yang patut dipahami.
Pertama, penggunaannya harus sesuai dengan pengawasan tenaga medis. Agus mengatakan dosis nikotin pada terapi NRT harus diatur dari dosis maksimal hingga dosis terkecil. Selain itu, penggunaannya juga terbatas waktu.
“Biasanya terapi NRT sampai 3 bulan. Jadi kalau ada yang pakai rokok elektrik agar bisa berhenti merokok, harus dilihat pemakaiannya sampai berapa lama,” ujarnya.
Anggi Gayatri dan Arini Setyawati dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama dengan Agus Dwi Susanto pernah melakukan penelitian terkait dengan pemanfaatan NRT. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Cermin Dunia Kedokteran (CDK) tersebut dijelaskan untuk bisa berhenti merokok diperlukan intervensi farmakologis dan konseling.
Salah satu terapi yang direkomendasikan adalah NRT atau pemberian nikotin bukan melalui rokok. NRT sendiri tersedia dalam beberapa bentuk mulai dari nikotin transdermal yang memanfaatkan jaringan kulit, permen karet, tablet hisap, tablet sublingual, inhaler, dan alat semprot.
Pada dasarnya, NRT bertujuan menggantikan nikotin yang sebelumnya diperoleh dari rokok. NRT bekerja dengan mengurangi gejala putus nikotin, mengurangi efek nikotin, dan memberikan efek yang sebelumnya didapatkan dari rokok.
Berita lainnya:
Anak Malas Kursus, Salah Anak atau Orang Tua?
Lezat dan Sehat, Alpukat Juga Sahabat Kulit
Ganja Merusak Kesehatan Bukan Sekadar Mitos