TEMPO.CO, Jakarta - Kehamilan ektopik terjadi sekitar 0,25-2,0 persen dari seluruh kehamilan secara global menurut National Library of Medicine tahun 2016. Namun, banyak yang tidak menyadari kehamilan ini atau baru setelah mengalami gejala. Padahal kehamilan ektopik adalah penyebab utama kematian ibu pada trimester pertama.
Demikian diungkapkan Anitha Kunnaiah, konsultan senior obstetri dan ginekologi spesialis infertilitas, di India.
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel dan berkembang di luar rahim, paling sering di saluran tuba tetapi jarang di tempat lain seperti ovarium atau rongga perut.
Deepti Asthana, konsultan senior obstetri dan ginekologi, mengatakan bahwa kebanyakan wanita menganggap kehamilan selalu terjadi di dalam rahim. Karena itu, banyak yang tidak menyadari pentingnya pemeriksaan ultrasonografi meskipun mungkin mengalami tanda-tanda yang tidak biasa seperti nyeri perut bagian bawah atau pendarahan dari vagina. "Ini karena kesadaran tentang kehamilan ektopik masih rendah, bahkan di antara populasi yang berpendidikan,” kata Asthana, seperti dilansir Indian Express, Sabtu, 10 Desember 2022.
Penyebab kehamilan ektopik
Penyebab kehamilan ini tidak diketahui dengan jelas. Namun, beberapa faktor risiko dikaitkan dengan kehamilan ektopik, termasuk gangguan hormonal, riwayat merokok, perawatan kesuburan seperti fertilisasi in-vitro (IVF), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, usia ibu 35 tahun atau lebih, riwayat penyakit seperti endometriosis, penyakit radang panggul, infeksi menular seksual (IMS). Selain itu, riwayat operasi panggul atau perut, dan pasca tubektomi, atau penempatan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) juga meningkatkan risikonya.
“Wanita seperti itu berisiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik dan perlu lebih waspada. Mereka harus memantau kadar beta HCG (human chorionic gonadotropin) dalam darah. HCG adalah hormon yang diproduksi selama kehamilan setiap 48 jam, yang dapat membantu diagnosis dini kehamilan ektopik," kara dokter kata dokter Obgyn Shilpi Reddy. Jika kadar hormon ini kurang atau tidak berlipat ganda dalam 48 jam, ini mungkin mengindikasikan kehamilan ektopik.
Tanda kehamilan ektopik
Tanda-tanda kehamilan ektopik biasanya mulai terlihat antara minggu keempat dan ke-12 kehamilan. Namun, banyak wanita yang tidak mengalami gejala apa pun pada awalnya. Karena itulah diperlukan pemeriksaan USG. “Namun, dalam kasus kehamilan ektopik yang pecah, pasien mengalami pendarahan dan atau sakit perut," kata Kunnaiah berbagi.
Gejala yang paling umum termasuk rasa sakit yang parah di satu sisi perut, yang bisa berupa rasa sakit yang menusuk atau yang terus meningkat dan tidak mereda bahkan dengan obat penghilang rasa sakit ringan. Juga, tekanan darah rendah, episode pingsan, dan jika pecah, nyeri terus-menerus di satu sisi, adalah beberapa ciri kehamilan ektopik.
INDIAN EXPRESS
Baca juga: 10 Komplikasi Kehamilan yang Paling Sering Ditemui
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.