TEMPO.CO, Jakarta - Komplikasi kehamilan tergolong jarang terjadi. Tapi, hal itu bisa berakibat fatal karena kadang-kadang gejalanya tidak disadari. Kondisi ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu hamil dan janin, serta juga dapat mengancam keselamatan jiwa keduanya.
Komplikasi kehamilan terjadi akibat kondisi yang dialami ibu sebelum hamil, ataupun kondisi yang berkembang pada saat kehamilan. Berikut beberapa komplikasi kehamilan yang perlu Anda ketahui.
Keguguran
Keguguran adalah kehilangan kehamilan dalam 20 minggu pertama kehamilan. 10-20 persen kehamilan berakhir dengan keguguran, dan lebih dari 80 persen keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Sebagian besar keguguran disebabkan oleh kelainan kromosom pada sel telur yang dibuahi.
Adapun gejala keguguran yang dapat terjadi, yaitu pendarah vagina yang tidak normal, nyeri perut bagian bawah, kram, dan hilangnya gejala kehamilan seperti mual di pagi hari. Dalam kebanyakan kasus, keguguran tidak bisa dicegah. Jika Anda merasakan gejala tersebut, segera hubungi dokter.
Diabetes gestasional
Diabetes gestasional terjadi ketika kadar gula darah terlalu tinggi selama kehamilan. Kondisi ini dapat menunjukkan gejala, seperti sangat haus, lapar, atau kelelahan. Diabetes gestasional disebabkan oleh tubuh yang tidak merespons hormon insulin dengan benar.
Diabetes gestasional dapat dikendalikan dengan mengikuti aturan makan sehat dari dokter agar gula darah bisa terkontrol. Sebagian wanita mungkin juga membutuhkan insulin untuk mengendalikan gula darahnya.
Diabetes gestasional yang tidak terkontrol bisa menyebabkan preeklampsia, kelahiran prematur, bayi berukuran besar sehingga sulit saat dilahirkan. Selain itu, diabetes jenis ini juga bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berbagai masalah kesehatan, seperti sesak napas atau penyakit kuning.
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang dibuahi tertanam di luar rahim, biasanya pada tuba falopi (saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim). Kondisi ini menyebabkan kehamilan berkembang di luar kandungan.
Keterbatasan ruang dan kurangnya jaringan pemeliharaan menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga tidak mampu bertahan hidup dalam kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik umumnya disebabkan oleh endometriosis, yaitu kondisi di mana jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim malah tumbuh di luar rahim. Kehamilan ektopik dapat menyebabkan nyeri parah, pendarahan, dan kerusakan pada sistem reproduksi wanita.
Mengakhiri kehamilan merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini sehingga tindakan pembedahan mungkin diperlukan.
Anemia
Anemia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada ibu hamil. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah yang sehat lebih rendah dari batas normalnya.
Anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi atau folat. Faktor penyebab lainnya dari kondisi ini, yaitu genetik, perubahan hormon, penyakit ginjal, gangguan sistem tubuh, dan lainnya.
Komplikasi ini memiliki gejala, seperti kelelahan, pusing, pucat, sesak napas, atau bahkan pingsan. Wanita hamil yang terkena anemia biasanya diberi suplemen zat besi dan asam folat untuk membantu memulihkan jumlah sel darah merah yang sehat.
Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah parah yang terjadi secara berulang selama kehamilan. Kondisi ini lebih parah dari morning sickness. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun dikaitkan dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan.
Hiperemesis gravidarum memiliki gejala, yaitu mual tak kunjung hilang, muntah beberapa kali dalam sehari, turun berat badan, nafsu makan berkurang, serta dehidrasi atau pingsan.
Makanan kering atau banyak minum air putih dipercaya dapat membantu mengatasi masalah ini. Namun, terkadang obat-obatan turut diresepkan untuk mengatasi mual yang terjadi. Selain itu, perawatan di rumah sakit juga bisa dilakukan agar ibu hamil mendapat cairan dan nutrisi tambahan melalui infus.
Solusio plasenta
Solusio plasenta terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta lepas dari rahim sebelum bayi lahir. Kondisi ini menyebabkan janin tidak mendapat oksigen dan nutrisi. Beberapa gejala dari solusio plasenta, antara lain pendarahan vagina, sakit perut, dan kontraksi.
Tidak diketahui secara pasti penyebab kondisi ini, namun trauma fisik atau tekanan darah tinggi dianggap mampu merusak koneksi plasenta dan rahim. Jika plasenta hanya terlepas sedikit, maka Anda hanya memerlukan pemeriksaan ke dokter dan istirahat total untuk menghentikan pendarahan. Namun, jika lebih dari setengah plasenta terlepas maka persalinan dini diperlukan.
Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, atau adanya protein dalam urine biasanya setelah 20 minggu kehamilan. Belum diyakini apa yang menyebabkan preeklampsia. Namun, masalah ini dapat menimbulkan gejala, seperti sakit kepala parah, gangguan penglihatan, mual, muntah, pusing, sakit perut bagian atas, bengkak di wajah dan tangan.
Preeklampsia dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi, seperti pertumbuhan lambat, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, hipoksia janin, solusio plasenta, sindrom HELLP, dan kejang. Untuk mengatasi masalah ini, dokter akan menyarankan persalinan jika usia kandungan sudah cukup untuk dilahirkan.
Jika usia kandungan belum cukup, maka dokter akan menyarankan Anda untuk menunggu dan memantau kondisi Anda maupun bayi Anda. Obat antihipertensi dan obat antikejang mungkin akan diresepkan untuk membantu mengatasi preeklampsia.
Eklampsia
Eklampsia terjadi ketika preeklampsia berkembang dan menyerang otak. Komplikasi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kejang, kehilangan kesadaran, dan gelisah berat. Ini merupakan masalah yang sangat serius karena dapat mengancam jiwa.
Melahirkan menjadi satu-satunya jalan untuk mengobati eklampsia. Jika tidak segera diobati, maka dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin. Namun, preeklampsia sangat jarang berkembang menjadi eklampsia.
Plasenta previa
Plasenta previa terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir karena berada di bagian bawah rahim. Tidak diketahui secara pasti penyebab plasenta previa, namun beberapa faktor risiko, seperti rahim yang abnormal dan kehamilan kembar, mampu meningkatkan kemungkinan Anda mengalami masalah ini.
Plasenta previa dapat menyebabkan Anda mengalami pendarahan di vagina. Namun, pada sebagian wanita tidak ada gejala yang muncul. Jika tidak ada pendarahan atau hanya ringan, maka istirahat total sangat diperlukan. Namun, jika pendarahan berat dan bayi harus dilahirkan maka operasi sesar akan diperlukan.
Persalinan prematur
Persalinan prematur terjadi ketika ibu melahirkan bayi sebelum 37 minggu kehamilan. Sebelumnya, Anda akan mengalami kontraksi teratur yang menyebabkan leher rahim Anda mulai melebar dan menipis.
Sejumlah risiko dapat meningkatkan kemungkinan Anda mengalami persalinan prematur, seperti perawatan prenatal yang tidak memadai, infeksi saluran kemih, pernah aborsi, memiliki fibroid rahim, dan lainnya.
Obat untuk menghentikan kontraksi mungkin diperlukan jika usia kandungan terlalu dini untuk dilahirkan. Persalinan prematur dapat menyebabkan masalah kesehatan atau bahkan fatal bagi bayi jika dilahirkan terlalu dini. Oleh sebab itu, ketika dilahirkan maka bayi prematur memerlukan perawatan khusus agar dapat tumbuh dengan baik.
Komplikasi pada kehamilan dapat Anda deteksi sedini mungkin dengan melakukan perawatan prenatal secara teratur. Jika diketahui lebih awal, maka Anda bisa segera mendapat penanganan yang tepat.