Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kerap Dianggap Wajar, Kenali Kritikan yang Termasuk Mom Shaming

Reporter

Editor

Yunia Pratiwi

image-gnews
Ilustrasi ibu dan bayi. Shutterstock
Ilustrasi ibu dan bayi. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMom shaming sebenarnya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari ibu yang tidak sadar melakukan mom shaming pada ibu lainnya. sehingga menganggap mom shaming sebagai hal yang lumrah, padahal itu bisa menyakiti dan berdampak pada kesehatan mental ibu.

Dari hasil survei yang dilakukan BukaReview terhadap 208 ibu muda atau Generasi Z, 88 persen ibu pernah mengalami mom shaming, lebih dari 90 persen ibu merasa mom shaming semakin marak terjadi, sedangkan 12 persen ibu merasa tidak pernah atau tidak sadar pernah melakukan mom shaming.

Mom shaming menurut Urban Dictionary adalah mengkritik atau mempermalukan seorang ibu atas pilihan cara asuhnya karena pilihannya berbeda dengan pilihan pelaku. Misalnya mengomentari ibu yang memberikan susu formula kepada anaknya sebagai tindakan yang salah, menyebut seorang ibu enggan repot mengurus anak karena menggunakan jasa babysitter, membandingkan tumbuh kembang anak, hingga mengomentari bentuk tubuh ibu dan bayi.

Mom shaming bisa berefek panjang. Ibu juga rentan merasa terisolir, merasa dirinya salah, dan tidak ada yang mendukungnya. “Efek mom shaming bisa membekas lama, makanya harus cepat diatasi agar ibu tidak sampai depresi,” kata psikolog Vera Itabiliana, dalam siaran pers yang diterima Tempo.

Selain itu, korban dari mom shaming akan mengalami kecemasan berlebih dan tidak percaya diri terhadap kemampuannya dalam mengurus anak. Korban juga akan menyalahkan diri sendiri tentang pola asuh yang diambil, hingga menganggap dirinya tidak pantas disebut ibu.

Vera Itabiliana menambahkan tidak semua bentuk kritikan dikategorikan sebagai mom shamingMom shaming harus dilihat dari dua sisi, yakni sisi yang memberikan pernyataan dan sisi yang mendengarkannya. Jika kritikan tersebut bersifat membangun, maka tidak bisa disebut sebagai mom shaming meskipun cara penyampaiannya terkesan menghakimi.

“Dibutuhkan kepekaan dari sisi yang mendengarkan untuk mem-filter omongan orang lain,” ujar Vera. “Kemudian baca juga raut wajah orang yang berbicara. Jika raut wajah yang menunjukkan rasa tidak suka, bisa jadi statement yang dilontarkan adalah mom shaming,” imbuhnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ucapan yang tergolong mom shaming umumnya diikuti dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya intonasi, gaya menulis dan pemilihan kata yang terkesan menyudutkan dan menghakimi. Biasanya dilakukan di ranah umum (tapi bisa juga secara personal), dan tujuannya untuk mempermalukan karena menganggap dirinya lebih baik.

Meski isu mom shaming sudah terjadi sejak dulu, dengan adanya media sosial, isu ini semakin marak. Setiap orang bisa jadi melontarkan kritik sambil bersembunyi di balik akun anonim.

Selain itu, mom shaming tidak hanya dilontarkan sesama ibu, dari hasil survei BukaReview, 38 persen ibu paling sering menerima mom shaming dari saudara atau anggota keluarga, 18,5 persen dari oeang tua, 17 persen dari mertua, 11,5 persen dari orang yang tidak terlalu dikenal, 11 persen dari rekan kerja atau tema, 5,5 persen dari tetangga, 1,6 persen dari suami dan sisanya pernah menerima dari beberapa pihak.

Sebanyak 54 persen ibu menerima mom shaming melalui perbincangan atau chat pribadi, 32,7 persen di ranah umum atau grup chat, dan 8 persen lewar komentar media sosial.

Baca juga: Tanpa Disadari, 5 Hal ini Tanda Ibu Mom Shaming Diri Sendiri

ANDINI SABRINA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

4 jam lalu

Menulis jurnal setiap hari bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan kecemasan. (Pexels/Alina Vilchenko)
Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.


12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

2 hari lalu

Ilustrasi ciri-ciri kolesterol tinggi pada wanita. Foto: Canva
12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.


Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

4 hari lalu

Ilustrasi wanita menyikat gigi. Foto: Unsplash.com/Diana Polekhina
Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

4 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

4 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

5 hari lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. TEMPO/Tony Hartawan
OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?


Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

6 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah


Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

6 hari lalu

Ilustrasi anak pemalu. thrivingnow.com
Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial


Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

7 hari lalu

Ilustrasi wanita depresi. (Pixabay.com)
Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.


Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

8 hari lalu

Ilustrasi sakit punggung. Freepik.com/Gpointstudio
Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

Stres sebabkan sakit punggung bisa terjadi lantaran tubuh Anda mengalami reaksi kimia sebagai respons terhadap stres.