TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19, pemerintah mengkampanyekan penggunaan masker kain sebagai alternatif masker medis bagi masyarakat. Pemakaian masker kain ditujukan untuk menekan penyebaran virus corona. Kebutuhan akan masker kain yang meningkat drastis berupaya dipenuhi oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di bidang fashion.
Tak terkecuali, Desainer Wignyo Rahadi yang turut tergerak untuk merilis produk masker tenun melalui brand Tenun Gaya. Koleksi masker ini terbuat dari tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) jenis spunsilk dobi dengan kombinasi ragam warna dan corak bernuansa etnik kontemporer, antara lain modifikasi kawung, serta diberi sentuhan tenun ATBM aksen full bintik dan salur bintik yang menjadi signature dari brand Tenun Gaya.
Melalui produk masker tenun ini, Desainer Wignyo sekaligus menggagas program donasi. “Pandemi Covid-19 berdampak pada perekonomian nasional dan berbagai sektor usaha. Termasuk pelaku UKM di bidang fashion. Masyarakat di daerah pun terkena dampak pandemc ini, seperti di lingkungan sekitar workshop Tenun Gaya di Sukabumi yang banyak kehilangan pekerjaan dan penghasilan," ucap Wignyo melalui siaran pers, Selasa 2 Juni 2020.
Ragam masker kain tenun ATBM yang bernuansa etnik komtemporer karya Desainer Wignyo Rahadi (Dok. Pribadi)
Hasil penjualan produk masker ini akan didonasikan berupa sembako yang didistribusikan di sekitar workshop Tenun Gaya yang berada di Desa Padaasih, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, setiap hari Jum’at selama bulan Ramadan. Dirancang dengan konsep patchwork bernuasa etnik kontemporer, setiap produk masker tenun ini memiliki kombinasi motif yang berbeda, sehingga dapat dikoleksi.
Selain Wignyo, Desainer Winarni Widjaja dengan brand Eienno juga melihat banyaknya permintaan akan masker yang ada di pasaran, Eienno merasa tergerak untuk ikut berkonstibusi dalam pemenuhan permintaan tersebut.
Menurut Winarni, selama beberapa bulan ini, masyarakat dihadapkan dengan kondisi sulit yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Sebab itu masyarakat dituntut harus dapat beradaptasi secara cepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup. "Kita diharuskan mengubah beberapa kebiasaan dan pola hidup kita, mulai dengan memperhatikan pola makan, istirahat, olah raga dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kita juga harus melakukan beberapa protokol kesehatan seperti menjaga jarak, sering mencuci tangan, selalu memakai masker dan lain sebagainya," ucapnya melalui siaran pers, Selasa 2 Juni 2020.
Ragam masker kain yang bertema Nomaden karya Desainer Winarni Widjaja (Dok. Pribadi)
Setelah masker sempat menjadi produk langka, berangsur-angsur bermunculan ide dan usaha pembuatan masker kain sebagai alternatif masker medis dan bedah. "Kebanyakan yang masih sering melakukan kegiatan adalah anak-anak muda. Banyak mereka yang masih berkumpul dengan teman-teman. Dan kebanyakan mereka juga enggan memakai masker dengan beberapa alasan, seperti: kurang nyaman, kurang keren dan mempengaruhi penampilan mereka," ucapnya.
Dengan melihat kebutuhan tersebut, Eienno menciptakan masker dari bahan yang nyaman, karena serat halus, tidak mudah iritasi, menyerap keringat dan perawatannya juga mudah. Bisa dicuci dan disetrika sehingga lebih hemat karena bisa dipakai berulang-ulang dan lebih steril. "Bentuk dan cutting-nya nyaman, enak dipakai karena bisa menutup area wajah dengan penuh sehingga bisa memberikan perlindungan yang maksimal," tambahnya.
Dari segi desain, Eienno mengambil tema Nomaden. Tema ini diambil karena masker tersebut bisa dipakai saat dimanapun juga. Desainnya juga pas untuk anak-anak muda yang ingin tampil modis dan bergaya. Tampil tetap ceria dan percaya diri meski pada saat masa pandemi.