TEMPO.CO, Jakarta - Bekerja di rumah atau belakangan ini populer dengan istilah work from home atau WFH. Kegiatan ini dilakukan karena pandemi virus corona baru atau COVID-19. Bisa saja work from home membuat sebagian orang yang tak terbiasa mengalami stres.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan Anda tetap menjaga jejaring sosial Anda selama isolasi diri. Meski ada anjuran pembatasan kontak fisik karena wabah ini, maka Anda bisa tetap terhubung dengan teman Anda melalui email, media sosial, konferensi video, dan telepon.
Kini memasuki minggu ke-empat masa bekerja dari rumah, keluhan mengenai kecemasan dan rasa tidak menentu kerap ditemukan di media sosial. Sebagian ada yang memang telah terbiasa dengan rutinitas dan memang lebih nyaman di rumah. Namun, tak sedikit juga yang sudah merasa bosan dan monoton karena terbiasa aktivitas di luar rumah.
Seperti pengakuan para pekerja ibukota yang dihimpun oleh Tempo.co. Pekerja media di Jakarta Nungki Kartikasari yang terbiasa menjalani aktivitas di luar rumah dan kerap berbeda tempat tujuan ini mengaku seperti orang cacingan atau dia menyebut kakinya sudah berakar. Ia juga mencari cara agar tetap bahagia meski di rumah dengan kegiatan yang dulu jarang dilakukan.
"Menghabiskan waktu bekerja di rumah sambil melakukan kegiatan seperti angkat jemuran ke atas, siram tanaman, menyapu dan mengepel sampai dua kali, bersih-bersih sampai bingung mau ngapain lagi. Jadinya enggak bisa diem mau nangis karena kebosanan," ucapnya saat dihubungi Tempo.
Baca Juga:
Begitu pun dengan salah satu staf pengajar di sekolah swasta internasional Eka Zuliati yang sudah merasa stres bekerja dari rumah karena jadi sering menghabiskan waktu di depan komputer. Terlebih ia terbiasa berhadapan mengajar dengan anak didiknya di sekolah. "Aku stres karena enggak ketemu anak-anak. Biarpun kalau ketemu mereka kadang stres juga," imbuhnya.
Rasa stres terkait perubahan emosi juga dirasakan oleh salah satu Jurnalis media cetak di Jakarta, Ferlynda Putri yang mengaku emosinya berubah saat di kamar terus, bahkan sampai konsultasi ke Psikolog. "Mungkin karena aku kos jadi yang dilihat cuma itu-itu saja makanya jadi pemarah. Bahkan kepikiran kebiasaan yang enggak menyehatkan aku lakukan lagi," keluhnya. Beruntung, Lynda juga berjualan sambal, sehingga masih ada aktivitas keluar rumah ke pasar beli bahan-bahan dan belajar masak lagi.
Ada yang merasa bosan, tak sedikit pula yang menikmati waktu selama kondisi work from home. Seperti yang dirasakan oleh salah satu pegawai bank asing Igna yang mengaku nyaman dengan WFH sebab pada dasarnya karena kepribadian dia soliter jadi kondisi sekarang membuatnya tetap nyaman.
Begitu pun pegiat NGO Nisa Rizkiah yang merasa senang work from home, karena memang dia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. "Masa WFH juga bisa menghindarkan kita dari orang-orang toxic, disadari atau tidak buat teman-teman tapi vibe-nya bagiku kerasa banget," ucapnya.
Senada dengan Nisa, mahasiswa strata 2 Reni Oktari juga lebih menyukai di rumah saja karena ia termasuk anak rumahan. Reni bukan tipe orang yang kangen ke mal atau nongkrong. "Lebih suka dan betah di kamar sendiri baik di kost dan rumah. lebih enak sendirian bisa suka-suka kita mau ngapain kalo sendiri," ucapnya.