TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tidak tahu bahwa orang dewasa juga dapat mengalami tantrum seperti anak-anak. Orang dewasa yang mengalami tantrum temper tantrum bisa melampiaskan emosinya dengan tindakan fisik atau berbicara dengan nada yang tinggi. Selain itu, tantrum pada orang dewasa dianggap sebagai kemarahan atau sikap gampang marah.
Padahal, kondisi ini harus ditangani dengan baik. Terutama jika perilaku tersebut terjadi dengan mudah, bahkan terus-menerus hingga menimbulkan masalah. Contoh tantrum pada orang dewasa yang paling sering kita lihat mungkin adalah road rage, perilaku agresif yang ditunjukkan oleh pengemudi kendaraan di jalanan. Memaki, memukul-mukul setir, atau bahkan beradu fisik dengan pengemudi lainnya termasuk beberapa bentuk dari tantrum.
Tantrum pada anak-anak terjadi karena mereka belum mampu mengekspresikan kebutuhannya dalam kata-kata. Saat merasa marah, kecewa, dan frustrasi, anak akan mengeluarkannya dalam bentuk emosi tak terkendali. Tapi sayangnya, banyak anak tidak dilatih untuk menenangkan dirinya dengan baik saat mengalami tantrum. Akibatnya, perilaku ini terus berlanjut hingga dewasa.
Para pakar menganggap bahwa tantrum pada orang dewasa merupakan perilaku yang muncul karena kurangnya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan atau situasi tertentu. Saat beranjak dewasa, orang perlu mengembangkan kemampuannya untuk mengungkapkan kemarahan dengan baik, dan bukan melalui tindakan yang mengganggu. Jika kemampuan tersebut tidak berkembang, orang akan mudah mengalami tantrum seperti masa kanak-kanak.
Tantrum pada orang dewasa juga berkaitan dengan kondisi medis yang sedang dialaminya. Berikut beberapa kondisi medis yang menyebabkan orang dewasa sering mengalami tantrum:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- Gangguan kepribadian ambang
- Autisme
- Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
- Gangguan bipolar
- Gangguan kepribadian narsistik
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
- Gangguan kecemasan
- Depresi
- Stres
- Ketidakseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan
Orang dewasa yang sering tantrum cenderung terpaku pada kebutuhan mereka saja, dan berpikir bahwa perasaan mereka lebih penting dibanding orang lain. Lebih buruk lagi jika mereka bisa menjadi sangat tidak rasional dan sulit untuk menyadari bahwa perilakunya ini sudah mengganggu orang-orang di sekitarnya.
Bila Anda merasa sering mengalami tantrum, atau memiliki orang terdekat yang menghadapi masalah ini, beberapa cara di bawah ini yang bisa dilakukan untuk mengatasinya:
- Lakukan relaksasi
Melakukan relaksasi akan menenangkan kondisi Anda. Untuk melakukannya, Anda bisa memejamkan mata, lalu menarik napas dan menghembuskannya perlahan-lahan. Ulangi langkah ini beberapa kali. Dengan menenangkan pikiran, Anda pun bisa melihat masalah dengan emosi yang lebih tenang sehingga dapat mencari jalan keluar yang tepat.
- Ceritakan masalah Anda pada orang terdekat
Menceritakan masalah yang Anda alami mungkin memang tidak selalu memberikan solusi yang konkret. Namun Anda setidaknya telah meluapkan keluh kesah Anda agar dapat merasa nyaman dan tenang. Ketika unek-unek dalam hati sudah Anda ungkapkan, emosi pun bisa mereda dan Anda bisa menghadapi masalah dengan emosi yang lebih terkendali.
- Jalani psikoterapi
Psikoterapi akan membantu Anda untuk menangani masalah dengan cara-cara yang lebih konstruktif. Terapi ini akan lebih efektif jika orang tersebut sudah menyadari masalah tantrum yang dialami dan memang ingin berubah. Jenis-jenis psikoterapi yang paling umum, antara lain terapi perilaku, terapi kognitif, terapi perilaku dialektis, dan terapi grup.
- Terapkan strategi manajemen kemarahan
Pada strategi manajemen kemarahan, Anda mencoba mengenali hal-hal yang sering memicu kemarahan, bagaimana cara mengatasinya, serta mengekspresikannya dengan cara yang lebih sehat. Manajemen kemarahan adalah kemampuan yang bisa dipelajari oleh semua orang. Jika Anda memang tidak dapat melakukannya sendiri, Anda bisa konsultasi dengan psikolog untuk membantu.
- Obat-obatan
Apabila tantrum yang Anda alami disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari, misalnya depresi, mungkin diperlukan obat-obatan untuk membantu mencegah atau meredakan emosi Anda. Bicarakan hal ini dengan dokter yang menangani Anda.