Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selalu Berpikir Positif Ternyata Tak Baik untuk Kesehatan Mental

Reporter

Editor

Yunia Pratiwi

image-gnews
Ilustrasi wanita. Unsplash/Thien Dang
Ilustrasi wanita. Unsplash/Thien Dang
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika menghadapi masalah banyak orang mengatakan agar Anda harus tetap optimis dan berpikiran positif. Hal ini bertujuan agar Anda tidak mudah goyah dan menyerah begitu saja. Meski begitu, selalu berpikir positif ternyata bukan kebiasaan baik. 

Selayaknya kehidupan, rasa senang dan sedih haruslah dirasakan secara adil. Jika terlalu terpaku pada hal positif dan mengabaikan emosi lainnya, maka Anda mengalami kondisi istilah toxic positivity. Kondisi ini biasanya sering terjadi dalam masyarakat dan mungkin bahkan Anda sendiri sedang mengalaminya.

Toxic positivity merupakan istilah yang masih baru dan umumnya merujuk pada keadaan saat seseorang mengesampingkan emosi negatif lainnya dan hanya merasakan emosi positif saja. Bila Anda sedang mengalami toxic positivity, Anda akan mengacuhkan rasa sedih dan marah, serta langsung menutupinya dengan pemikiran positif. Padahal, emosi-emosi negatif, seperti rasa sedih, kemarahan, kekecewaan, dan sebagainya merupakan emosi yang lumrah dan manusiawi serta berperan untuk menimbulkan kesadaran akan kondisi yang sedang dihadapi.

Dengan hanya fokus kepada emosi positif, Anda menekan atau bahkan menyangkal keberadaan dari emosi-emosi negatif tersebut. Toxic positivity tidak jauh berbeda dengan pemikiran ‘orang tangguh tidak boleh menangis’. Anda mungkin merasa bahwa menekan emosi negatif dan hanya fokus ke yang positif membantu Anda untuk bisa tetap bersemangat. Faktanya, dengan melakukan hal tersebut, Anda malah menjadi semakin stres karena tidak bisa menerima keadaan yang ada.

Selain itu, Anda juga akan semakin tidak menerima diri dan bahkan berimbas ke hubungan sosial. Anda mungkin akan mengelilingi diri dengan teman-teman yang tidak akan memberitahukan kebenaran kepada diri Anda atau bahkan bertengkar dengan orang-orang sekitar Anda. Toxic positivity mungkin tidak disadari dan terus-menerus dilakukan untuk menutupi realita yang terjadi dalam hidup Anda. Berikut ini adalah beberapa cirinya.

1. Tidak mengekspresikan emosi yang sebenarnya dirasakan
Saat Anda mengalami rasa sedih ataupun kecewa, Anda tidak mengutarakannya dan langsung menekan emosi tersebut dan menutupinya dengan rasa senang. Anda bahkan tidak berusaha untuk merasakan emosi negatif tersebut.

2. Hanya ingin menikmati emosi positif
Anda sama sekali tidak mempedulikan dan bahkan menyepelekan emosi negatif serta hanya ingin merasakan emosi positif seperti rasa gembira, dan sebagainya. Anda tidak berempati terhadap apa yang dialami oleh orang lain dan menyuruh orang tersebut untuk bersikap positif. Contohnya, ‘Jangan menangis, ayo pikirkan hal positif’.

3. Penggunaan kata ‘semuanya’ atau ‘tidak sama sekali’
Pemikiran ‘semuanya atau tidak sama sekali’ sangat sering dilontarkan oleh orang-orang yang terjebak dalam toxic positivity, misalnya kalimat ‘semuanya pasti ada hikmahnya’ atau ‘semuanya akan baik-baik saja’

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

4. Menyederhanakan segala emosi negatif
Emosi negatif yang melanda sering kali bukanlah emosi sederhana yang bisa diabaikan begitu saja. Orang yang mengalami toxic positivity akan berusaha untuk menekan emosi negatif tersebut dengan menyepelekannya ke dalam kalimat-kalimat sederhana, seperti ‘nanti akan jadi lebih baik’ atau ‘fokus ke hal positif’

5. Merasa bersalah
Seusai menekan semua emosi negatif tersebut, Anda merasa bersalah karena sebenarnya Anda menyadari bahwa apa yang dilakukan tidaklah tepat, tetapi tetap dilakukan karena Anda percaya bahwa itu adalah hal yang benar.

Daripada mengabaikan dan menekan emosi negatif, Anda sebaiknya merasakan emosi tersebut, terima keadaan yang terjadi dan setelahnya Anda dapat mencoba untuk melihat sisi terangnya. Anda tidak perlu berlama-lama larut dalam emosi negatif, tetapi tidak berarti Anda menekannya. Dari kesadaran akan emosi yang dialami, Anda bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mencari solusi yang tepat.

Hadapi emosi negatif tersebut dan cari cara yang sehat untuk mengatasinya. Misalnya, Anda bisa membicarakan masalah yang dialami kepada orang terdekat. Dengan demikian, Anda akan merasa lebih lega dibandingkan harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Emosi berperan untuk memberikan kesadaran dan menuntun Anda untuk menjadi lebih baik. Bila Anda merasa sedih akan suatu hal, Anda akan menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan dipedulikan.

SEHATQ

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

2 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

2 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

2 hari lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

9 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

20 hari lalu

Ilustrasi perempuan alami social burnout. Foto: Freepik.com/Jcomp
Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.


4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

32 hari lalu

Ilustrasi video game. Sumber: Korea e-Sports Association via Facebook/asiaone.com
4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

Kecanduan game atau media sosial sangat buruk terhadap kemampuan kognitif anak. Berikut empat dampak jeleknya.


Psikiater Ungkap Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan

32 hari lalu

Ilustrasi livestreaming game. Foto : EV
Psikiater Ungkap Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan

Remaja rentan mengalami kecanduan karena kondisi perkembangan otak yang belum sempurna atau matang. Simak penjelasannya.


Manfaat Berpikir Positif bagi Kesehatan Tubuh Menurut Psikiater

20 Februari 2024

Ilustrasi meditasi. puer-chay.ru
Manfaat Berpikir Positif bagi Kesehatan Tubuh Menurut Psikiater

Psikiater mengatakan berpikir positif dapat menyehatkan tubuh dan membantu menyelesaikan masalah dengan lebih fokus.


Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

19 Februari 2024

Ilustrasi pria menangis. shutterstock.com
Makna Menangis dari Sisi Ilmiah, Benarkah Ada Gunanya?

Banyak hal terkait menangis dari sisi ilmiah, termasuk melepaskan hormon bahagia yang membantu mengobati luka dan meredakan stres. Adakah gunanya?


Gampang Marah Hanya karena Hal Sepele, Pakar Sarankan Hal Berikut

16 Februari 2024

Ilustrasi pasangan bertengkar/cekcok. Shutterstock.com
Gampang Marah Hanya karena Hal Sepele, Pakar Sarankan Hal Berikut

Marah hanya karena hal sepele sebenarnya wajar tapi kalau semakin gampang marah dan lebih sering, pasti ada yang tak beres dalam diri Anda.