TEMPO.CO, Jakarta - Orang yang senang belanja online di malam hari berisiko dieksploitasi pedagang sehingga jadi lebih boros. Alasan itu yang membuat sejumlah pengecer online lebih sering mengirimkan email promosi malam hari.
Demikian temuan lembaga Money and Mental Health Policy Institute, yang didirikan oleh pakar keuangan pribadi Martin Lewis. Menurut laporan itu, sejumlah perusahaan penjualan online sering mengirim email promosi antara jam tengah malam hingga pukul 5 pagi untuk menggoda pelanggan.
Klaim itu muncul setelah Lewis mengumumkan kenaikan 23 persen dalam jumlah pembelian malam hari oleh pembeli menggunakan kartu kredit tahun lalu dibandingkan dengan 2017. Satu dari 15 barang yang dibeli dalam kartu dibeli antara tengah malam hingga 06.00.
Penjual juga melaporkan bahwa dua pertiga dari penjualan malam hari adalah untuk wanita.
“Ada korelasi yang jelas antara kesehatan mental yang buruk dan pengeluaran yang sembrono,” demikian tertulis dalam laporan, seperti dikutip The Independent, Senin, 9 September 2019.
Sebelumnya, sebuah survei menemukan bahwa 93 persen orang mengaku membelanjakan lebih banyak uang ketika mereka tidak sehat, dengan 40 persen responden menyatakan bahwa mereka kemungkinan akan pergi berbelanja di malam hari.
Katie Alpin, kepala penelitian dan kebijakan di institut itu mengatakan, ketika orang berjuang dengan kesehatan mental, biasanya akan lebih sulit tidur di malam hari dan lebih rentan terhadap pengeluaran impulsif sehingga dapat meningkatkan pembelian di malam hari.
"Kami ingin melihat pengecer online memberi orang lebih banyak sarana untuk mengelola pengeluaran mereka larut malam. Itu bisa termasuk menawarkan kepada pelanggan sarana untuk membatasi ketersediaan toko online di malam hari melalui pengaturan akun mereka, atau opsi untuk membatalkan barang yang dibeli saat belanja online malam hari keesokan paginya jika mereka membeli barang yang nanti mereka sesali,” kata dia.