TEMPO.CO, Jakarta - Kembali bersekolah bisa menakutkan bagi beberapa anak. Anda harus waspada jika ketakutan anak berlebihan kembali masuk sekolah, bisa jadi tanda bahwa ia pernah menjadi korban bullying di sekolah.
Baca juga: #JusticeForAudrey, Mona Ratuliu Ingat Kasus Bullying Anaknya
Hal ini merupakan kondisi serius yang harus Anda perhatikan, jika tidak diatasi dengan serius dapat membuat anak mengalami depresi sampai gangguan kecemasan. Bullying, perisakan, atau perundungan di sekolah dapat terjadi dalam bentuk ejekan, meminta barang atau uang dengan paksa, ancaman, bahkan tindakan fisik.
Selain anak menjadi malas dan takut untuk berangkat sekolah, tanda-tanda bullying juga dapat berupa separation anxiety, sering mengalami mimpi buruk, kemunduran tumbuh kembang pada anak (seperti mengompol), serta nafsu makan yang menurun. Beberapa langkah berikut ini yang bisa Anda terapkan, untuk membantu anak yang menunjukkan tanda-tanda mengalami perisakan di sekolah.
#1. Dorong anak untuk menceritakan detil perisakan yang ia alami
Ekspresikan bahwa Anda peduli dengan kondisi yang dialami anak, serta tunjukkan empati sebagai orangtua. Beberapa anak mungkin takut atau malu, apabila jujur untuk menyampaikan kondisinya.
#2. Sampaikan, bahwa menjadi korban bullying bukanlah kesalahan anak
Anda harus dapat menenangkan anak, bahwa ia tidak sendirian atas perisakan yang ia alami. Pujilah kejujuran dan keberanian anak, karena telah menceritakan pengalamannya pada Anda.
#3. Ajari Buah Hati untuk tidak membalas
Merespons bullying bukanlah mengajari anak untuk balik menyerang pelaku perundungan, baik secara fisik maupun verbal. Sarankan anak untuk segera meninggalkan lokasi perundungan saat kejadian, atau mengadukan gangguan tersebut ke guru yang ia percaya. Ingatkan pula untuk tidak bepergian sendirian saat berada di lingkungan sekolah.
#4. Bicarakan dengan wali kelas anak dan pihak sekolah
Anda mungkin juga harus turun tangan, dengan menemui wali kelas, guru anak yang sekiranya bisa membantu, bahkan kepala sekolah. Minta bantuan mereka, untuk senantiasa menjaga anak di sekolah. Pertemuan dengan pihak sekolah, mungkin dapat dilakukan rutin untuk memastikan pengawasan tersebut efektif atau tidak.
#5. Berkomunikasi dengan pelaku perundungan
Perlu digarisbawahi, anak yang menjadi pelaku bullying juga membutuhkan bantuan orang dewasa, karena faktor lain yang mungkin ia alami. Anda bisa mendekati anak pelaku perisakan, dan yakinkan bahwa tindakan yang ia lakukan dapat melukai orang lain.
Menjadi korban bullying mungkin dapat memicu gejala gangguan mental pada anak. Jika keadaan mental anak sudah sangat parah, Anda sangat disarankan untuk mencari bantuan psikolog ataupun psikiatri.
Terapi mental, seperti terapi kognitif perilaku mungkin akan ditawarkan dokter, untuk membantu anak yang menjadi korban bullying. Terapi ini dapat membimbing anak, untuk mengendalikan perasaan dan pikirannya, serta mengembalikan kepercayaan Si Kecil.
Bullying mungkin menjadi hal yang sudah sering Anda dengar, sehingga terdengar biasa saja. Namun, bukan berarti hal tersebut normal, karena ada dampak negatif pada anak seiring tumbuh kembangnya. Selain itu, pastikan Anda tidak pernah menyalahkan anak yang menjadi korban bullying.