TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, tradisi mendongeng cenderung teralihkan dan tidak termasuk dalam aktivitas wajib sehari-hari. Penyebabnya adalah padatnya kesibukan di kantor dan paparan gawai yang begitu intens. Para ibu juga sering kali kurang optimal dalam mendongeng karena tidak percaya diri dan gagal menarik perhatian anak.
Mendongeng adalah rutinitas menyenangkan, yang membentuk hubungan ibu dan anak secara fisik (usapan, kecupan, pelukan) dan emosional (rasa percaya dan keterikatan anak terhadap ibu), dan dapat meningkatkan imajinasi anak, serta metode yang baik untuk menyampaikan nilai moral dan budaya kepada anak sejak dini.
Artikel terkait:
Suka Duka Cut Mini Selama 7 Tahun Mendongeng
Cut Mini Sebut 2 Kunci Sukses Mendongeng
Seto Mulyadi, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, menjelaskan, membaca dan mendongeng berkontribusi dalam perkembangan anak karena dapat mengaktifkan pusat emosi di otak dan melatih fokus perhatian mereka.
"Mendongeng membantu melatih anak berpikir secara terstruktur, menstimulasi kreativitas, memperkenalkan berbagai nuansa emosi, dan proses identifikasi yang erat kaitannya dengan pembentukan pribadi positif ketika anak menjadi dewasa kelak," katanya.
Baca juga:
Manfaat Mendongeng bagi Anak
Pendongeng Terbaik Buat Anak, Ibu
Ariyo Zidni, Pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, mengungkapkan, mendongeng atau bercerita itu mudah, siapa pun dapat melakukannya. Ibu yang percaya diri dalam bercerita, variasi dalam memainkan suara, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh secara sederhana adalah faktor penting. Tidak perlu berlebihan dan sempurna, tapi jujur.
"Dengan demikian, baik dengan membacakan langsung dari teks buku atau e-book maupun improvisasi cerita, mendongeng dapat menjadi bentuk interaksi yang kuat untuk orang tua dan anak dengan waktu yang sangat terbatas, terutama bagi para ibu generasi milenial yang bekerja. Maka, mari mendongeng agar kebersamaan kita dengan anak-anak tetap berkualitas dan selalu dinanti,” katanya.