TEMPO.CO, Jakarta - Total asupan cairan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia konon sudah mencukupi. Sayangnya, hal tersebut diiringi juga dengan meningkatnya asupan minuman bergula. Artinya, kebanyakan cairan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia merupakan minuman yang manis dan berwarna.
Prof. Budi Wiweko, Ketua Indonesian Hydration Working Group, mengatakan ketika seseorang mengonsumsi banyak cairan tetapi kental, manis, dan berwarna tidak akan berarti apa-apa sebab bukan bikin sehat justru dapat menimbulkan penyakit. Apalagi jika minuman terlalu kental, komponen air di dalamnya pasti akan sedikit. Berdasarkan data, pada 2015 jumlah masyarakat kurang terhidrasi kurang dari 1,2 liter di Indonesia mencapai 21 juta orang.
Baca juga:
Minum Air Dingin Dapat Menurunkan Berat Badan, Faktanya
Sederet Manfaat Minum Air Hangat buat Kecantikan Kulit
“Keadaan ini tentu akan memacu terjadinya penyakit gangguan ginjal, metabolisme tubuh, dan penyakit kardiovaskular,” tuturnya.
Risko tersebut dapat menurun jika mengonsumsi cukup air putih. Apalagi sekitar 60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan sehingga jika terjadi dehidrasi kronis dapat merangsang munculnya inflamasi atau peradangan kronis.
“Ketika kita kurang minum, maka tubuh akan mengompensasikannya dengan sekresikan hormone vasopressin karena tubuh harus menyimpan air sehingga buang air kecil menjadi lebih sedikit, dan darah menjadi lebih kental. Akibatnya hormon yang terkait dengan stres akan naik, kortisol anak naik, metabolisme juga naik sehingga terjadi inflamasi kronis dan resistensi insulin, 10 tahun ke depan bisa alami diabetes,” terangnya.
Artikel lain:
Kurang Minum Lalu Pusing, Ketahui Angka Keseimbangan Cairan Tubuh
Trik agar Keluarga Tak Kurang Minum
Begitu pula ketika air yang masuk kurang dari 1,2 liter sehingga tubuh akan mengkompensasi dengan meningkatkan arginin dan kopeptin naik menyebabkan penyakit kardiovaskular dan gangguan ginjal.