TEMPO.CO, Jakarta - Istilah stunting kerap kita dengar beberapa waktu terakhir. Ironisnya, banyak yang menyamakan stunting dengan pendek, bahkan kerdil. Padahal dua hal tersebut tidak sama.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A(K), mengatakan bahwa pendek dan stunting adalah hal yang berbeda.
"Stunting itu pendek. tapi pendek belum tentu stunting. Stunting dan pendek memiliki penyebab yang berbeda, stunting disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit kronis, sedangkan pendek bisa disebabkan oleh penyakit sistemik lain, seperti masalah hormon pertumbuhan atau genetik," jelas Aman.
Artikel terkait:
Cegah Stunting, Kuncinya di 1000 Hari Pertama Kehidupan
Makan Telur Setiap Hari, Stunting Berkurang Hampir 50 Persen
Anak Stunting Tidak Bisa Tumbuh Tinggi, Ini Penyebabnya
Anak Kekurangan Gizi Berisiko Terkena Stunting
Terkait masalah hormon pertumbuhan, Aman menerangkan bahwa Growth Hormone Deficiency muncul ketika tubuh anak tidak mampu menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup untuk proses pertambahan ukuran tubuh sesuai usianya. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari (kelenjar kecil di dalam otak), yang mengalir di dalam darah ke seluruh tubuh untuk membantu manusia menjalankan fungsinya secara kompleks, khususnya pertumbuhan.
"Untuk faktor genetik, jelas sangat mempengaruhi. Sudah ada perhitungannya mengenai tinggi midparental dan target," ujar Aman.
Untuk perhitungan midparental dan target adalah sebagai berikut.
Tinggi Midparental (perempuan)
(Tinggi ayah - 13 cm) + (Tinggi Ibu)
2
Tinggi Midparental (laki-laki)
(TInggi ibu + 13 cm) + (Tinggi Ayah)
2
Tinggi target
Tinggi midparental kurang lebih 2 SD (1 SD = 4,25 cm)
Oleh karenanya masyarakat diminta untuk tidak menyamakan antara stunting dengan pendek.
"Anak dengan badan pendek tetapi ia sehat, cerdas, maka bukan stunting. Pada atlet, misalnya Lionel Messi, ia bertubuh pendek dibanding kawan setimnya tapi kemampuannya dalam bermain sepakbola tidak bisa diragukan. Kemudian apakah kita akan menyebut Messi stunting? Tentu tidak. Tinggi badan ini bukan segalanya," tegas Aman.
Kemudian, untuk mencegah hal tersebut, Aman meminta para orang tua untuk terus memonitor tumbuh kembang anak.
"Gangguan karena defisiensi hormon pertumbuhan juga bisa sebabkan masalah psikologi anak tetapi sayangnya tidak disadari oleh orang tua sehingga anak-anak tidak mendapatkan terapi yang benar dan tepat waktu. Oleh karenanya, kesadaran orang tua untuk mengikuti tumbuh kembang anak menjadi penting sebab kalau terlambat pengobatan tidak optimal dan berdampak di kemudian hari," tutur Aman.