Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lupus Juga Bisa Disebabkan Faktor Keturunan, Ini Kata Pakar

Reporter

image-gnews
Ilustrasi lupus. Shutterstock
Ilustrasi lupus. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lupus Eritematosus Sistemik atau LES memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta tampilan penyakit yang beragam sehingga sering menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya. Asjikin Iman Hidayat, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan mengungkapkan LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.

"Meski hingga kini faktor risiko LES belum diketahui secara jelas, faktor genetik, imunologik, dan hormonal, serta lingkungan diduga memegang peran penting sebagai pemicu," kata Asjikin.

Dari faktor genetik, sekitar 7 persen pasien LES memiliki keluarga dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang juga didiagnosis penyakit yang sama. Sedangkan faktor risiko lingkungan antara lain infeksi, stres, makanan, antibiotik, khususnya kelompok sulk dan penisilin, cahaya ultraviolet matahari, penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, serta paparan kristal silika.

Baca juga:
Jumlah Penderita Lupus Terus Naik, Apa yang Perlu Diwaspadai?
Mayoritas Penderita Penyakit Lupus Perempuan, Cek 10 Gejalanya
Memahami Lebih Jauh soal Penyakit Lupus

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika dilihat dari faktor risiko hormonal, umumnya perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES.

LES memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam, mulai ringan hingga yang mengancam jiwa. Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan. Pasien LES juga dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara, sebelum akhirnya kambuh lagi.

Kesulitan dalam upaya mengenali LES sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat. Penyakit ini juga menjadi beban sosio-ekonomi bagi masyarakat dan negara karena memerlukan penanganan yang tidak sederhana dan melibatkan banyak bidang keahlian. Selain itu, biaya perawatannya mahal dan perlu dilakukan seumur hidup.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fakta-fakta Lady Rocker Nike Ardilla, 29 Tahun Lalu Berpulang di Usia 19 Tahun

37 hari lalu

Vinyl
Fakta-fakta Lady Rocker Nike Ardilla, 29 Tahun Lalu Berpulang di Usia 19 Tahun

Mengenang kesuksesan legenda musik Indonesia, Nike Ardilla. Berikut fakta-fakta selama perjalanannya di industri hiburan Tanah Air.


Kendalikan Penyakit Autoimun dengan Mengontrol Stres

23 Februari 2024

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Kendalikan Penyakit Autoimun dengan Mengontrol Stres

Dokter mengatakan untuk mengendalikan kondisi autoimun orang perlu berdamai dengan kondisinya. Salah satunya dengan mengendalikan stres.


Gejala Awal Radang Sendi yang Tak Boleh Diabaikan

29 Desember 2023

Ilustrasi radang sendi. Shutterstock
Gejala Awal Radang Sendi yang Tak Boleh Diabaikan

Bentuk paling umum radang sendi adalah osteoarthritis, dan ada juga jenis lain macam gout, rheumatoid arthritis, dan lupus dengan beragam gejala.


Tak Mungkin Dicegah, Dokter Bagi Saran Kurangi Risiko Penyakit Autoimun

10 November 2023

Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Tak Mungkin Dicegah, Dokter Bagi Saran Kurangi Risiko Penyakit Autoimun

Pakar menuturkan penyakit autoimun tidak mungkin dicegah karena genetik. Tetapi ada cara mengurangi risiko seperti pola makan.


Francia Raisa Klarifikasi tentang Isu Dipaksa Donorkan Ginjal ke Selena Gomez

3 Agustus 2023

Fransia Raisa memberikan penghargaan woman of the year pada Selena Gomez, dalam acara Billboard Woman in Music di Los Angeles, 30 November 2017. Francia Raisa merupakan sahabat yang mendonorkan ginjalnya untuk Selena . Chris Pizzello/Invision/AP
Francia Raisa Klarifikasi tentang Isu Dipaksa Donorkan Ginjal ke Selena Gomez

Francia Raisa menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada Selena Gomez pada 2017, saat bintang pop itu berjuang melawan lupus.


Mengenal 5 Manfaat Ikan Layur Bagi Kesehatan

20 Juli 2023

Susi Pudjiastuti menunjukkan ikan layur hasil tangkapan nelayan di Pangandaran, Jawa Barat. Foto: Youtube
Mengenal 5 Manfaat Ikan Layur Bagi Kesehatan

Ikan layur berdampak baik bagi kesehatan seperti dapat mencegah lupus


Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

4 Juli 2023

Ilustrasi daun bidara. Shutterstock
Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit


5 Kondisi Medis yang Ditandai dengan Iritasi Mata

17 Juni 2023

Ilustrasi kelopak mata. Foto: Unsplash.com/Jesper Brouwers
5 Kondisi Medis yang Ditandai dengan Iritasi Mata

Iritasi mata tetap membutuhkan perhatian khusus, sebab dalam beberapa kasus dapat mengindikasikan suatu kondisi medis tertentu.


Tren Lupus di Indonesia Meningkat, Pasien Rujuk Balik Baru 2.000-an Orang

13 Juni 2023

Yayasan Syamsi Dhuha, Bandung, Jawa Barat, menggelar World Lupus Day pada Sabtu, 23 April 2022. Dok. Instagram Yayasan Syamsi Dhuha
Tren Lupus di Indonesia Meningkat, Pasien Rujuk Balik Baru 2.000-an Orang

Sejauh ini belum diketahui jelas berapa jumlah orang dengan lupus atau odapus di Indonesia karena data epidemiologinya belum ada.


Hari Lupus Sedunia 10 Mei dan Isu Rujuk Balik Odapus ke Rumah Sakit

27 Mei 2023

Dalam rangkaian acara memperingati Hari Lupus Sedunia beberapa odapus (orang dengan Lupus) membagikan buku saku, di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 10 Mei 2015. Yayasan Lupus Indonesia mencatat jumlah penderita lupus meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlah kematian menurun karena orang sekarang lebih waspada dalam mendeteksi lupus. TEMPO//FEBRIANSYAH
Hari Lupus Sedunia 10 Mei dan Isu Rujuk Balik Odapus ke Rumah Sakit

Odapus yang berat juga memerlukan dokter sub-spesialis untuk mengatasi serangan lupus, tidak hanya sekedar dokter spesialis.