TEMPO.CO, Jakarta - Keterbatasan tak membuat Angkie Yudistia menyerah. Wanita tuna rungu ini menjadi salah satu sosok wanita Indonesia yang menginspirasi. Dia mendirikan sebuah social enterprise khusus untuk penyandang disabilitas, yang diberi nama Thisable Enterprise.
Thisable Enterprise menjadi wadah bagi para dissabilitas untuk mengembangkan kelebihannya. Para dissabilitas yang tergabung akan mendapat bantuan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sama dengan orang normal pada umumnya.
Angkie Yudistia mengatakan ide mendirikan social enterpise ini berawal dari pengalaman pribadinya. Angkie yang sudah lulus pendidikan hingga jenjang Strata 2 (S2), kesulitan mendapatkan pekerjaan. “Banyak perusahaan yang masih belum percaya dengan kemampuan dissabilitas dalam bekerja. Itu memicu saya untuk untuk mendirikan social enterprise dan membantu mereka,” ujar Angkie di Jakarta, Kamis, 26 April 2018.
Artikel lainnya:
Pola Asuh Orang Tua agar Penyandang Disabilitas Mandiri
Thisable, Jangan Pernah Ragukan Kemampuan Difabel
Angkie melanjutkan, hal ini bukan hal yang mudah untuk dikelola sesuai harapan. Pada tahun kelima setelah Thisable Enterprise berdiri pada tahun 2015 lalu, ia sempat hampir menyerah. Namun, ia berhasil bangkit, dan kembali memberi semangat kepada teman-teman disabilitas lainnya.
“Memang nggak gampang aku bangun Thisable ini. Membangun awareness, karena orang imagenya cacat ya. Tapi kepercayan itu juga bisa seiring waktu. Sempat berfikir untuk menutup saja. Tapi, saya berhasil survive sampai saat ini,” lanjut dia.
Angkie Yudistia bersama teman-teman penyandang dissabilitas yang tergabung dalam Thisable Enterprise menyelenggarakan private lunch di Lewis dan Carrol, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 26 April 2018. TEMPO/Yatti Febri Ningsih
Social enterprise ini didirikan dengan tujuan menciptakan akses bagi para difabel untuk mendapatkan pekerjaan serta memberikan kegiatan pemberdayaan. Kini sudah ada beberapa perusahaan yang siap menampung difabel yang sesuai dengan kebutuhan. “Untuk vocational, perusahaan yang sudah bekerja sama ada perusahaan jasa online. Sedangkan untuk profesional adalah perusahaan perbankan,” lanjut Angkie.
Sebagai bekal, Angkie juga melatih para difabel ini untuk mengembangkan kelebihannya. Setelah bergabung, difabel ini kata dia akan dilatih dengan training dan pelatihan. “Untuk itu semua kita harus punya tim yang sabar banget,” katanya
Angkie Yudistia sudah berhasil merangkul sebanyak 1.500 penyandang dissabilitas dengan berbagai kekurangan masing-masing. Dari jumlah itu, terdapat perbandingan 80:20 untuk difabel vocational dan profesional. “Ini bisa diketahui diketahui mereka menyandang dissabilitas apa, bisa kerja dibidang apa melalui assesmen yang dilakukan,” ujarnya.