TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan orang tua akan merasa sedih mendapati buah hatinya lahir atau tumbuh dengan keterbatasan atau biasa disebut difabel. Lalu, dengan alasan kasih sayang, mereka akan menjadi orang yang siap sedia membantu anaknya tersebut.
Tapi benarkah sikap demikian?
Ternyata sama sekali salah. Setidaknya itu yang dirasakan Angkie Yudistia, difabel dengan keterbatasan pada pendengaran. Menurut dia, bukan kasih sayang orang tua semacam itu yang membuatnya tumbuh menjadi individu yang mandiri, bahkan bisa berkarya.
Seperti diketahui, Angkie berprofesi sebagai penulis buku. Karyanya antara lain Perempuan Tunarungu Menembus Batas dan Setinggi Langit. Selain itu, Angkie aktif di bidang sosial, salah satunya dengan mendirikan sebuah organisasi Thisable Enterprise.
“Dari pengalaman aku, mereka (orang tua) berani tega,” ucap Angkie. “Orang tua kan biasanya suka mau mengantar anaknya ke sekolah. Kalau Mama aku, enggak. Aku disuruh naik angkot sendiri.”
Dengan merasakan sendiri berbagai macam kesulitan dan menghadapinya hingga jungkir balik, Angkie akhirnya menjadi terbiasa dengan lingkungan pada umumnya. Hal itu membuatnya bertemu dengan banyak orang, sehingga ia memiliki keberanian meminta bantuan apabila memerlukannya.
“Selain itu, aku jadi terlatih berpikir dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Aku pernah naik angkot, lalu mencoba kereta. Akhirnya, ketika sudah bisa punya mobil sendiri, ke mana-mana sekarang naik itu,” ujar Angkie pada Jumat, 16 Desember 2016, di Jakarta.
“Intinya, orang tua yang tega akan membuat anaknya mandiri. Kalau malah dikurung, disembunyikan, itu malah melemahkan. Dengan mendukung anak agar bisa menerima keadaan dirinya, ke depan, anak akan menjalani semua dengan enteng, biasa saja. Seperti aku yang jadi terbiasa mencari solusi, tanpa harus menuntut,” tutur Angkie.
TABLOIDBINTANG
Berita lainnya:
Rahasia Cantik dan Awet Muda Aktris Shandy Aulia
Cara Mengenyahkan Ketombe dengan Jahe
Alasan Wanita Harus Rajin Ganti Pembalut saat Haid