TEMPO.CO, Jakarta - Banyak wanita ingin memiliki penghasilan sendiri walau telah menikah dan memiliki anak. Melakukan sesuatu yang disebut bisnis sendiri pun menjadi pilihan. Alasannya, bisnis sendiri dinilai tidak akan membuat para wanita yang telah memiliki tanggung jawab sebagai istri dan ibu kehilangan banyak waktu.
Adapun bisnis yang banyak diambil para wanita yang ingin tetap mendapatkan penghasilan adalah bisnis direct selling atau bisnis penjualan langsung. Hal ini seperti dilansir QNET, perusahaan penjualan langsung terkemuka di Asia melalui siaran persnya. World Federation of Direct Selling Association (WFDSA) bahkan menyatakan 80 persen dari sekitar 90 juta pelaku bisnis direct selling di seluruh dunia adalah wanita.
Hal ini bisa terjadi tidak lain karena bisnis direct selling bisa memberi wanita lebih banyak kebaikan dibanding bisnis sendiri lainnya. Trevor Kuna, CEO QNET, mengatakan lebih dari 65 juta wanita di seluruh dunia mendapati penjualan langsung sebagai jawaban untuk mendapatkan kendali atas waktu mereka sendiri.
Hal tersebut sejalan dengan tuntutan norma budaya dan kekuatan struktural di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, yang masih cenderung mengarahkan wanita untuk menjauh dari pekerjaan penuh waktu. Selain itu, perusahaan direct selling telah membantu memberdayakan wanita selama lebih dari 100 tahun.
Artikel lain:
Riset: Waktu Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga Bersama Anak Sama
Eksekutif Perempuan Beberkan Kebutuhan Ibu dalam Mengejar Karier
3 Hal yang Dipikirkan Ibu saat Belanja Online Kebutuhan Anak
Pemberdayaan, berdasarkan definisi yang dikeluarkan Bank Dunia, adalah sebuah proses peningkatan kapasitas individu atau kelompok untuk membuat pilihan dan mengubah pilihan tersebut menjadi tindakan dan hasil yang diinginkan.
"Sebagian dari ciri-ciri pemberdayaan yang umum selaras dengan apa yang mungkin dilakukan wanita melalui bisnis penjualan langsung dan itu terjadi di QNET. QNET sangat mendukung pemberdayaan perempuan,” kata Kuna.
Elaine Aisyah, Manager PR QNET, dalam siaran pers yang sama menambahkan bahwa ada banyak alasan orang, khususnya wanita, memilih terlibat dengan direct selling. Beberapa alasannya adalah bisa dikerjakan dari rumah, fleksibilitas tinggi, bisa memberi penghasilan tambahan, serta ada kesempatan untuk tetap membangun karier.
"Bagi kaum wanita, kemampuan untuk membuat pilihan adalah bentuk pemberdayaan," kata Elaine.
Tentu semangat pemberdayaan ini bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam semalam. Dalam bisnis direct selling, hal ini terbentuk melalui proses panjang, yaitu ketika seorang wanita mempromosikan produk dari pelanggan satu ke pelanggan lain, untuk mendapatkan komisi, hingga akhirnya menjadi pemilik bisnis dan pemimpin dengan membangun sebuah tim.
"Inilah proses transformatif yang dapat memberdayakan wanita dalam banyak hal, sehingga memungkinkan mereka menjadi agen perubahan," tutur Elaine.