TEMPO.CO, Jakarta - Kisah Arini Subianto menjadi wanita terkaya dimulai setelah ayahnya, konglomerat Benny Subianto, meninggal pada Januari 2017. Perusahaan keluarganya, Persada Capital Investama, diwariskan kepada Arini sebagai anak sulung. Namun Benny tidak hanya mewariskan Arini perusahaan keluarga tersebut tetapi juga pelajaran beharga yang Arini bawa sampai sekarang.
Arini belajar dari ayahnya, yang telah mendidik pola pikirnya sejak kecil, kepada kedua anaknya yang berumur 15 dan 13 tahun, Azarian Rafi Mamuaya dan Azel Rasyid Mamuaya. Baca: Wanita Terkaya Arini Subianto Selalu Punya Waktu untuk Anak-anak
Sejak Arini SMP, Benny sering memanggil dia ke kamar kerjanya dan menantang Arini. “Kamu mau jadi apa?” adalah pertanyaan yang diberikan kepada Arini berkali-kali. Pada saat itu, jawaban Arini adalah menjadi arsitek. Secara berkala, Benny terus memanggil putrinya untuk menanyakan hal tersebut.
Setelah itu, Arini juga mendapatkan pertanyaan seperti, “Kamu mau kerja atau tidak?” Arini langsung menjawab "Iya". Lalu pertanyaan terus berlanjut, seperti “Jadi wanita karier?”, “Mau punya keluarga atau tidak?”, “Mau punya anak?”, “Siapa yang akan mengurus anak pada saat kerja?".
Semua pertanyaan tersebut terus diberikan kepada Arini sejak SMP dan dialog tersebut terus berjalan sampai Arini masuk kuliah. Sampai suatu hari Benny memberikan alasan mengapa dia terus menanyakan hal tersebut kepada anaknya.
“Kalau kamu tidak punya tujuan hidup, kamu akan ngawang. Hidup itu luas lho, kamu bisa nyasar ke mana-mana. Waktu kamu sadar, waktu sudah habis, sudah lewat,” tutur Arini Subianto kepada Tempo di Jakarta, 12 Desember 2017.
Bila sudah tahu tujuannya dari kecil, mungkin akan ada penyesuaian atau perubahan tetapi sudah tahu arahnya mau ke mana. Kebalikannya dari buku, kita sudah mesti tahu bagaimana akhir yang kita inginkan. Menurut Arini, pelajaran tersebut sangat berharga untuknya.
“Bapak saya selalu mengingatkan apapun yang saya lakukan, harus ingat kodrat. Jadi, kalau saya memilih untuk punya anak, saya harus menanggung semua tanggung jawab dan konsekuensi untuk keputusan saya tersebut,” ujar Arini. Baca juga: Kiat Arini Subianto Jaga Kebugaran, Makan Seimbang dan Olahraga
Semua harus dikerjakan dari hati. Benny juga mengingatkan Arini kalau dia harus memberikan waktu untuk mendidik anak-anakny. Itulah yang Arini lakukan, dia membawa pelajaran yang diberikan ayahnya kepada kedua anaknya.
“Anak-anak saya mengalami hal yang tidak enak dan tidak ideal di dalam hidupnya. Mereka kehilangan bapaknya waktu belum berumur 9 tahun dan 7 tahun,” jelas Arini, yang kehilangan suami, Andre Mamuaya, karena meninggal dunia pada Agustus 2012.
Karena itu, Arini ingin terus memastikan kalau kedua anaknya memiliki nilai dan prinsip hidup. Arini memberikan pertanyaan yang dia dapatkan dari Benny. “Mau jadi apa?”
Pertanyaan itu yang dia dapat sejak SMP. Arini memperhatikan kalau anak sekarang lebih kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut karena pilihannya yang lebih banyak.
Anak pertama Arini ingin menjadi pemain bola. “Saya cuma bilang gini, 'Kalau kamu mau jadi atlet boleh. Tapi kamu juga harus isi otak',” ungkapnya. Jangan lewatkan: Meski Terkaya, Arini Subianto Malas ke Salon dan Tak Perlu Sisir
Dia khawatir bila si sulung menjadi atlet memiliki risiko karier pendek yang lebih besar. Namun tentunya, Arini ingin kedua anaknya untuk mengikuti apa yang mereka ingin lakukan. Arini juga fokus kepada pendidikan. Dia menjelaskan kepada anaknya yang paling tua kalau nilainya turun, dia akan ditarik dari tim olahraganya.
Sedangkan anak kedua Arini lebih suka musik dan tidak ingin masuk ke wilayah kakaknya. Anaknya yang kedua lebih mencari hal-hal seperti mixer atau mikrofon dan Arini selalu mendukung kedua anaknya.
“Anda harus melakukannya dengan serius. Ikuti pelajaran musik, ambil pelatihan vokal,” ujar Arini.
Prinsipnya adalah untuk melakukan yang terbaik di setiap pekerjaan yang dikerjakan dari hati. Pelajaran yang diberikan bapaknya diteruskan kepada kedua anaknya.