Siapa Bilang yang Hamil Dilarang Olahraga? Baca Dulu 5 Faktanya

Reporter

Editor

Susandijani

Selasa, 8 Agustus 2017 14:00 WIB

Ilustrasi wanita hamil olahraga. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta -Mual, sakit punggung, suasana hati naik turun, kelelahan tanpa ujung. Itulah alasan kenapa wanita hamil tetap butuh olahraga, untuk meredakan semua masalah tersebut.

Selain alasan-alasan di atas, kehamilan sering memotivasi kaum Hawa untuk menjalani gaya hidup sehat. Mereka jadi rutin ke pusat kebugaran. Meski demikian, tak sedikit pula yang tak berani berolahraga karena khawatir berbahaya buat kesehatan ibu dan janin. Menurut laman momstown.ca, ada beberapa mitos mengenai olahraga dan kehamilan yang masih dipercaya banyak wanita. (Baca : Ashanty Keguguran, Bahaya Jika Rahimnya Belum Bersih)

1. Olahraga menyebabkan keguguran
Salah. Keguguran itu kadang adalah misteri sehingga kita tak bisa memprediksi atau mencegahnya. Banyak penelitian yang gagal mengaitkan olahraga berintensitas sedang dan tinggi dengan keguguran. Olahraga yang harus dihindari, terutama setelah trimester ketiga, adalah yang dilakukan di tempat panas, seperti yoga Bikram, sauna, atau berlari dalam cuaca panas.

Fakta: Rutin berolahraga justru banyak manfaatnya. Para pakar justru menganjurkan ibu hamil untuk berolahraga 6-7 hari seminggu dan ilmu pengetahuan modern sudah menyatakan tak ada kaitan antara olahraga dan keguguran.

2. Melompat dan berlari berbahaya buat janin
Tidak juga. Tubuh manusia sudah didesain untuk terus bergerak. Apalagi kini kita paling hanya hamil 1-2 kali seumur hidup, tak seperti leluhur dulu, berkat adanya program KB. Seperti juga shock braker pada mobil, tubuh wanita juga juga dilengkapi dengan "sistem penahan guncangan" sehingga janin tetap aman di rahim saat ibu berlari, asalkan tidak sampai jatuh yang parah. (baca :Ashanty Melompat Saat Hamil Muda, Apa Risikonya?)

Fakta: Yang berbahaya buat janin adalah bila ibu jatuh, bukan karena berlari atau melompat. Jadi, hindari aktivitas atau situasi di mana kita tak bisa mengontrol posisi kaki dan tetaplah aktif di masa kehamilan sehingga otak paham bagaimana mengorganisasi perubahan tubuh dan pusat gravitasi untuk membantu mencegah jatuh.

3. Kita tak bisa mencoba olahraga baru saat hamil
Siapa bilang? Kenapa tidak mencoba melakukannya? Cobalah memulai program atau kelas latihan baru selama kegiatannya aman dan tak berisiko, tidak menyebabkan mengompol dan pusing.

Fakta: Jangan membatasi diri dengan hal-hal yang tidak terbukti kebenarannya. Lakukanlah segala kegiatan fisik yang aman selama kehamilan, seperti berenang atau berjalan kaki, terutama dengan bimbingan pelatih atau pakar pramelahirkan. Perhatikan sinyal tubuh dan mulai semua kegiatan dengan perlahan.

4. Latihan selama trimester pertama kehamilan tidak aman
Sebuah penelitian di Denmark mendapati olahraga ekstrem (lebih dari 1 jam sehari dengan intensitas tinggi, seperti bermain tenis di bawah cuaca terik) berkaitan dengan risiko tinggi keguguran sebelum kehamilan berusia 18 minggu. Wanita yang berisiko keguguran biasanya juga sangat bersemangat berolahraga seolah tidak sedang hamil karena janin mereka tidak tumbuh normal sejak awal. Bila kita tidak terbiasa berolahraga dan ingin memulainya pada awal-awal kehamilan, mulailah dengan berjalan cepat selama 10-20 menit atau latihan kekuatan tubuh di rumah, seperti push-up atau squat, dan tambah terus lama latihan 5 menit di setiap minggu. (baca : Ashanty Keguguran Saat Hamil 5 Minggu)

Fakta: Tubuh manusia sudah dirancang untuk banyak bergerak selama gaya hidup modern memungkinkan, termasuk saat hamil. Bila kita sudah terbiasa berolahraga, teruskan kebiasaan sehat tersebut. Andai baru memulainya setelah hamil, lakukan perlahan dan tingkatkan intensitas secara bertahap.

5. Detak jantung tak boleh lebih dari 140/menit selama hamil
Mungkin. Ketika olahraga pramelahirkan mulai ngetren di era 1980-90an, petunjuk umum menyarankan agar detak jantung selalu di bawah 140 per menit. Kini, para ginekolog di Amerika Serikat dan Kanada merevisi petunjuk itu. Pasalnya, detak jantung orang bervariasi, dan juga dipengaruhi oleh keturunan dan faktor-faktor lain. Bahkan orang yang sama pun bisa memiliki detak jantung yang berbeda di setiap harinya.

Fakta: Kenaikan jumlah detak jantung saat berolahraga itu normal dan sehat di masa kehamilan. Menjaga detak jantung tetap rendah bukan berarti kita sehat. Untuk lebih yakin, gunakan alat penghitung detak jantung.

PIPIT

Berita terkait

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

2 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

9 hari lalu

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

10 hari lalu

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.

Baca Selengkapnya

Atta Halilintar dan Keluarga Terjebak Banjir di Dubai, Ungkap akan Segera Pulang

12 hari lalu

Atta Halilintar dan Keluarga Terjebak Banjir di Dubai, Ungkap akan Segera Pulang

Atta Halilintar dan keluarganya ikut merasakan banjir di Dubai. Salah satu mal yang mereka datangi juga sampai tergenang air.

Baca Selengkapnya

Momen Keluarga Anang Hermansyah dan Atta Halilintar Rayakan Idul Fitri di Madinah

18 hari lalu

Momen Keluarga Anang Hermansyah dan Atta Halilintar Rayakan Idul Fitri di Madinah

Keluarga Anang Hermansyah, Atta Halilintar, dan Gen Halilintar merayakan Idul Fitri bersama di Madinah.

Baca Selengkapnya

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

19 hari lalu

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

Seiring bertambahnya usia, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat, terutama pada yang berumur di atas 35 tahun.

Baca Selengkapnya

Bersyukur Bisa Mencium Hajar Aswad, Anang Hermansyah: Kado Terindah Ramadan

20 hari lalu

Bersyukur Bisa Mencium Hajar Aswad, Anang Hermansyah: Kado Terindah Ramadan

Anang Hermansyah beribadah umrah bersama keluarga besarnya, termasuk menantu dan dua cucunya.

Baca Selengkapnya

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

21 hari lalu

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

Semua orang bisa mengalami mual dengan berbagai penyebab. Kapan perlu mendapat perhatian khusus dan periksa ke dokter?

Baca Selengkapnya

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

22 hari lalu

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

Perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.

Baca Selengkapnya

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

23 hari lalu

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

Tiga dari 4 wanita selama periode hamil dan atau pasca melahirkan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur buruk, atau gangguan tidur

Baca Selengkapnya