Selada, brokoli, dan kacang polong di gerai sayuran lokal non pestisida komunitas Agritektur yang buka setiap dua kali seminggu di Bandung, Jawa Barat, Sabtu 11 Oktober 2014. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta -Banyak orang tak suka makan sayuran. Tapi mereka yang kelebihan berat badan dan menderita diabetes tipe 2, brokoli sebaiknya tak dihindari karena mampu menurunkan risikonya, begitu kata penelitian terbaru.
Para ilmuwan melakukan penelitian yang terukur dan yang hanya bereksperimen terhadap jaringan 50 gen penyebab gejala yang berkaitan dengan diabetes tipe 2. Mereka juga menggunakan sulforafan, zat yang bisa ditemukan pada brokoli dan kol.
Para ilmuwan itu memberikan sulforafan kepada penderita obesitas. Hasilnya, sistem kemampuan mengontrol kadar glukosa pasien meningkat dan produksi glukosa menurun. Masalah glukosa inilah yang menyebabkan diabetes dan kemudian berkembang ke penyakit lain seperti gangguan di pembuluh darah koroner, kerusakan saraf, dan kebutaan.
"Penemuan ini sungguh menarik dan membuka peluang baru untuk pengobatan diabetes tipe 2," ujar Anders Rosengren, asisten profesor di Universitas Gothenburg di Swedia, kepada Live Science.
Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum dan dialami oleh lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia. Buat penderita yang kelebihan berat badan, kelebihan lemak di liver membuat tubuh menjadi kurang sensitif terhadap hormon insulin, yang membuat liver menjadi sulit dalam mengatur kadar gula darah. Normalnya, insulin, yang diproduksi pankreas, merangsang liver untuk menarik glukosa keluar dari aliran darah dan menyimpannya bila suatu saat dibutuhkan.
Para penderita diabetes tipe 2 biasanya disarankan untuk mengubah gaya hidup agar bisa membantu mengontrol kadar gula darah. "Perubahan gaya hidup adalah inti pengobatan diabetes tipe 2 tapi sering perlu dilengkapi dengan obat-obatan," kata Rosengren.
Obat-obatan yang paling banyak digunakan saat ini adalah metformin. Tapi tak semua orang bisa tahan terhadap efeknya. Sekitar 15 persen dari penderita diabetes tipe 2 mengalami penurunan fungsi ginjal dan mengkonsumsi metformin hanya menambah timbunan asam laktat tak sehat yang disebut lactic acidosis, dan kemudian menimbulkan rasa tak nyaman di perut, susah bernafas, nyeri dan kram otot, serta rasa lesu.
Sekitar 30 persen pasien yang mengkonsumsi metformin mengalami mual, kembung, dan sakit perut. Itulah alasan para ilmuwan mencari alternatif pengganti metformin. Setelah melakukan serangkaian penelitian yang rumit, para ilmuwan itu menemukan sulforafan sebagai jawaban.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
10 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.