Kartini dan 5 Perempuan Pahlawan Emansipasi

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 20 April 2017 16:00 WIB

Kartini, Feminis dari Balik Tembok

TEMPO.CO, Jakarta - Kartini menulis surat kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar di Belanda pada 23 Agustus 1900. Dalam surat itu Kartini menulis, “Aku akan mengajari anak-anakku, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling menghormati sebagai sesama dan membesarkan mereka dengan perlakuan sama sesuai dengan bakat mereka masing-masing.”

Perjuangan Kartini memang bukan seperti Cut Nyak Dien atau Christina Martha Tiahahu yang memilih angkat senjata melawan penjajah. Kartini yang memiliki nama kecil Trinil berjuang dengan caranya sendiri: mengabarkan kepada dunia apa yang terjadi pada zamannya dan berusaha membuat orang –khususnya kaum perempuan, agar ‘melek’ pendidikan. (Baca: Dian Sastro Ambil 3 Ajaran Penting dari Kartini)

Selain Kartini, ada beberapa nama pahlawan perempuan yang juga menginginkan Indonesia bebas dari penjajah serta memiliki persamaan hak baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pada zaman itu, mereka yang menginginkan Indonesia maju memiliki kesempatan yang lebih besar dibandingnya orang biasa. Sebab, mereka umumnya berasal dari keluarga priyayi atau aktivis pergerakan. (Baca juga: Kartini, Siapakah Dia?)

Mengutip buku Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap karya Mirnawati dan Perempuan dan Politik Dalam Islam dari Zaitunah Subhan, serta sumber lainnya, berikut ini nama pahlawan perempuan yang juga berjuang untuk pendidikan dan kesetaraan kaum perempuan dan laki-laki.

1. Siti Aisyah We Tenriolle

Dari tanah Bugis, Sulawesi Selatan ada Siti Aisyah We Tenriolle. Ia adalah Datu (Ratu) Kerajaan Tanete (kini Barru), Sulawesi Selatan pada tahun 1855.

Terlahir dari keluarga bangsawan Bugis, Siti Aisyah berhasil menerjemahkan epos I La Galigo dari bahasa Bugis Kuno ke bahasa Bugis umum. Epos panjang, peninggalan nenek moyang orang Bugis ini diakui sebagai warisan sastra dunia. Isinya tentang kisah cinta Sawerigading sang tokoh utama beserta adat-istiadat masyarakat Bugis kala itu.

Tidak hanya cerdas di bidang sastra, Siti Aisyah juga piawai dalam bidang pemerintahan serta pendidikan. Dia mendirikan sekolah bagi rakyatnya, sekolah untuk laki-laki maupun perempuan.

2. Maria Yosephine Walanda Maramis

Maria Yosephine Walanda Maramis lahir pada tahun 1872 di Minahasa. Sama seperti gadis di daerah lainnya, Maria Yosephine tidak diizinkan bersekolah tinggi. Mereka harus tinggal di rumah untuk menunggu saat menikah.

Namun pergaulannya dengan kaum terpelajar memperluas pengetahuan dan membangkitkan hasratnya memajukan kaum wanita Minahasa. Mereka harus memperoleh pendidikan yang cukup agar kelak dapat mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya.

Perkawinannya dengan Yoseph Frederik Calusung Walanda -seorang guru pada tahun 1890, membuka peluang mewujudkan cita-citanya. Pada 1917, bersama suami dan orang terpelajar lainnya, Maria Yosephine mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT). Organisasi ini cikal bakal berdirinya sekolah rumah tangga untuk mendidik anak-anak perempuan.

Selanjutnya: Nyi Siti Walidah Ahmad Dahlan, Dewi Sartika, dan H. R Rasuna Said

Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

11 jam lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

2 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

4 hari lalu

Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga

27 persen perempuan sebagai pimpinan puncak perusahaan.

Baca Selengkapnya

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

5 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Kesetaraan Gender Melalui Edukasi Keuangan

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, PT Pegadaian dukung Kegiatan Edukasi Keuangan bertema "Perempuan Cerdas Keuangan, Perempuan Indonesia Hebat" yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

5 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

6 hari lalu

Daftar Film Perjuangan Kartini Berikut Sinopsisnya

Film-film yang menggambarkan perjuangan R.A Kartini

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

6 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

6 hari lalu

Jejak Surat RA Kartini: Emansipasi Hingga Agama

Potongan-potongan surat RA Kartini yang menunjukan perjuangan wanita

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

7 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

7 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya