Tanpa Sadar Kamu Jadi Penganut `Latte Style`, Kenali Cirinya

Reporter

Rabu, 1 Februari 2017 18:41 WIB

Ilustrasi belanja. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Membelanjakan uang untuk kebutuhan dasar seperti pangan dan sandang adalah sesuatu yang wajar. Tapi, ada juga pengeluaran yang disebut dengan 'faktor latte' yaitu pengeluaran–pengeluaran kecil untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, namun dilakukan berulang kali.

Contoh gaya Latte itu adalah membeli kopi di kedai ternama setiap hari atau membeli aksesoris baru setiap bulan. Bahkan 'latte data-style' juga hadir tanpa sadar di rekening bank berupa biaya-biaya dari berbagai transaksi perbankan.

Padahal, ketika dihitung–hitung, pengeluaran 'faktor latte' ini cukup besar. Berdasarkan data yang didapatkan Permata Bank, 9 dari 10 orang mengeluarkan lebih dari Rp. 900 ribu perbulan demi 'latte data-style'.

Data dari Bank Permata itu sejalan dengan hasil survei ”Share of Wallet” oleh Kadence International Indonesia. Survei tersebut menunjukkan masyarakat Indonesia menabung rata-rata hanya 8 persen dari pendapatannya dan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk di dalamnya hal-hal berupa 'faktor latte'.

Psikolog Anjeng Raviando menanggapi gaya hidup ini dengan alasan generasi millennial yang dari kecil sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi diikuti dengan tren yang sedang berlangsung. "Kebiasaan ini membuat mereka tidak dapat menahan keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara cepat tanpa berpikir panjang," katanya. "Akibatnya, mereka kerap mengeluarkan uang untuk barang-barang yang sekedar memuaskan nafsu atau mengikuti tren yang sedang berlangsung."

Kebiasaan 'faktor latte' juga diamini oleh aktor Hamish Daud yang mengatakan dulu dia sering sekali makan di restoran mewah dan belanja yang tidak terlalu penting. Tanpa sadar, pengeluaran untuk hal tersebut membengkak. "Saya belajar sayang uang dan mulai mengurangi pengeluaran serta menyisihkan pendapatan untuk ditabung," katanya.

Direktur Retail Banking Permata Bank, Bianto Surodjo, mengatakan perusahaannya menemukan yang paling sulit dikontrol oleh konsumen saat ini adalah mengatur pengeluaran yang kecil-kecil namun sering dilakukan. "Masalah konsumerisme yang dihadapi oleh masyarakat sekarang ini bukanlah karena uang itu sendiri," ujarnya.

'Faktor latte' dipopulerkan oleh seorang penulis finansial, motivator, wirausaha, dan pendiri FinishRich.com, David Bach. Dalam ilustrasinya, kata 'faktor latte' muncul karena kebiasaan masyarakat untuk membeli kopi latte tiap pagi.

Hasil riset dibagi menjadi dua kategori, lajang dan menikah. Bagi yang masih lajang, pengeluaran latte terbesar adalah pembelian baju atau aksesoris sebesar 60 persen, diikuti dengan pembelian makanan dan minuman ringan sebesar 14 sebesar. Sedangkan bagi yang sudah menikah pengeluaran latte terbesar sebanyak 56 persen ada pada pembelian pakaian dan aksesoris, baik untuk sendiri maupun anggota keluarga, dan 17 persen untuk taksi atau transportasi online.

BISNIS

Artikel lain:
5 Cara Jadikan Senin Hari yang Favorit
Hindari 3 Warna ini Saat Wawancara Kerja
7 Alasan Karyawan Berprestasi Memilih Keluar

Berita terkait

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

22 April 2021

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

Gojek menghadirkan Akademi Mitra Usaha (KAMUS) dan tren bisnis menarik selama Ramadhan yang ditujukan untuk pelaku UMKM

Baca Selengkapnya

Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

6 April 2018

Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul. Namun sekarang sudah ada tempat tinggal dengan rekan kerja.

Baca Selengkapnya

Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

22 Januari 2018

Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

Restoran Geprek Bensu kedua di Bali menjadi cabang yang ke-60 di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

16 Januari 2018

Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

Mahir dalam bisnis kini tak perlu sulit lagi. Ada Roadshow Kampus Shopee. Tahun ini akan menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

8 November 2017

Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

Cake dengan dekorasi icing yang artistik jauh lebih menggugah selera, meskipun pada kenyataannyaicing seringkali disisihkan atau tidak dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

13 September 2017

Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

Muhammadiyah tengah menjajaki pendirian holding yang akan memayungi semua unit bisnis usaha yang sudah berjalan.

Baca Selengkapnya

Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

2 September 2017

Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

Baim Wong (35) tak mau hanyut dalam tren seleb yang berbisnis oleh-oleh
kekinian di sejumlah kota. Baim belajar bikin siomay

Baca Selengkapnya

Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

3 Agustus 2017

Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

Bisnis kuliner oleh-oleh kekinian milik artis kian menjamur. Dimas Seto mengaku tidak takut dengan persaingan bisnis.

Baca Selengkapnya

Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

21 Juli 2017

Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

PAC MUAster menjadi satu society khusus bagi para profesional penata rias artis

Baca Selengkapnya

Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

17 Juli 2017

Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

Keinginan Nila Tanzil menyediakan akses buku bagi anak Indonesia Timur melahirnya bisnis sosial Travel Sparks tahun 2014. Apa kuncinya biar happy?

Baca Selengkapnya