Bila Karier Mandek

Reporter

Rabu, 1 Februari 2017 15:00 WIB

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap perusahaan memiliki aturan soal jenjang karier karyawan. Hal ini bisa menjadi kompetisi yang sehat di antara mereka. Karyawan akan berlomba memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Namun, bagaimana jika aturan tersebut hanya berlaku di atas kertas?

Kusuma mengetahui kariernya mentok di kantornya. Padahal jabatan tertinggi, yaitu wakil pimpinan, tinggal satu tingkat lagi. Aturan perusahaan pun tak menghambat kariernya. "Budaya di perusahaanlah yang menghambat karier saya," ujar perempuan asal Bekasi ini kepada Tempo. Posisi sebagai wakil pimpinan perusahaan seolah hanya bisa diisi oleh laki-laki. Padahal, menurut dia, posisi itu juga bisa diisi oleh perempuan.

Namun, Kusuma tak pernah memprotes atau mempertanyakannya. "Itu kan hak prerogatif pimpinan umum," katanya. Meski merasa diperlakukan kurang adil, Kusuma memilih bertahan. Namun, ia tak menampik kesempatan untuk "cabut" dari perusahaan jika ada tawaran pekerjaan lain yang lebih menarik.

Menurut konsultan dari lembaga psikologi PSYCHOdiarra, Diding Supendi Saputra, kasus seperti ini sering terjadi karena komunikasi yang buruk antara bos dan anak buah. Diding menceritakan tentang seorang manajer keuangan yang pernah berkonsultasi di lembaganya karena kariernya terhambat. Sebut saja namanya Lucky. Kebetulan direktur keuangan tempat perusahaan Lucky bekerja mengundurkan diri.

Anehnya, direktur utama bukannya mengangkat karyawan bagian keuangan, melainkan malah membuka lowongan untuk posisi itu. Tak ayal Lucky, yang mampu menduduki jabatan itu, merasa kariernya dihambat. Maka Lucky pun merencanakan kerja yang kelak bisa menunjukkan kemampuannya. Dia lalu mengusulkan rencana itu kepada direktur utama dengan tembusan komisaris perusahaan. Akhirnya, kedua atasannya tahu bahwa si manajer keuangan layak diangkat sebagai direktur keuangan.

Awalnya Lucky menganggap kariernya dihambat oleh direktur utama. Lalu ia curhat kepada Diding. Dari konsultasi itu, Diding berkesimpulan bahwa Lucky kurang berkomunikasi dengan direktur utama. "Yang muncul selalu persepsi negatif," kata Diding kepada Tempo. Persepsi inilah yang belakangan diubah sehingga memotivasi Lucky untuk melakukan sesuatu yang positif. Hasilnya, Lucky membuat agenda kerja yang bisa membuktikan kemampuannya.

Menurut Diding, otak manusia memuat alam sadar, area kritis, serta ambang bawah sadar dan tidak sadar. Ambang bawah sadar dan tidak sadar 80 persen mendominasi perilaku manusia. Namun, manusia cenderung mengisi ambang bawah sadar itu dengan persepsi negatif, seperti berkecil hati, takut, merasa dihalangi, dan tidak percaya diri. "Maka persepsi itulah yang kami ubah," katanya.

Sebenarnya mengubah ambang bawah sadar bisa dilakukan sendiri, dengan berprasangka baik kepada orang lain atau selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang melahirkan persepsi positif. Jika persepsi lahir, ia akan menghasilkan energi, dan melahirkan kepercayaan diri.

Dengan rasa percaya diri yang kuat, orang mampu mensugesti diri bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang selama ini ia yakini tak bisa dilakukan. Sugesti ini akan membimbing tindakan dan menentukan strategi. Seperti yang dilakukan Lucky dengan membuat usulan kerja yang membuatnya sering berkomunikasi dengan direktur utama dan komisaris. Padahal awalnya ia tak berani melakukannya.

Menurut Diding, seseorang sering salah persepsi. Ia merasa kariernya terhambat, padahal faktanya tidak. "Padahal hambatan itu ia ciptakan sendiri," kata Diding. Menurut dia, dalam dunia karier saat ini hampir tidak ada pimpinan yang menghambat karier anak buahnya.

Bahkan jenjang karier telah disampaikan secara terbuka kepada karyawan dengan segala hak dan kewajibannya. Karyawan bisa menanyakan saat hak dan kewajiban telah tertunaikan, namun jabatan tidak naik. Proses bertanya inilah, menurut Diding, salah satu bentuk komunikasi yang perlu dilakukan karyawan dengan atasan.

Namun, Diding tak menampik adanya perusahaan yang pimpinannya menghambat karier anak buah tanpa penjelasan. "Kalau yang seperti ini, ini namanya bos menzalimi anak buah," katanya. Karena itu, karyawan harus berusaha "melawan", namun dengan cara yang halus.

"Jangan melawan perbuatan buruk dengan perbuatan buruk. Sebab, perlakuan buruk hanya menambah karier seseorang semakin tak berkembang," katanya. Lebih baik karyawan berupaya mengenali sifat dan keinginan pimpinan. Jika kita yakin telah mengenal dengan baik, langkah selanjutnya ialah menjalin komunikasi dan bertanya secara baik-baik mengapa kariernya mandek.

KORAN TEMPO

Berita lainnya:
Waspadai Panggilan Kerja Abal-abal
Benarkah Generasi Sekarang Tak Peduli Masa Depan?
5 Cara Jadikan Senin Hari yang Favorit

Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

1 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

5 hari lalu

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.

Baca Selengkapnya

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

8 hari lalu

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.

Baca Selengkapnya

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

12 hari lalu

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

12 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.

Baca Selengkapnya

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

8 Januari 2024

Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis?

Baca Selengkapnya

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

31 Desember 2023

Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

Baru-baru ini wawancara lama Lee Dong Wook viral. Dia mengungkapkan caranya mempertahankan karier 25 tahun di inudstri hiburan

Baca Selengkapnya

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

8 Desember 2023

Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

Pentingnya gen Z memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi dalam kesehariannya.

Baca Selengkapnya

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

11 November 2023

Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

Acara difokuskan pada berbagai tips dan trik merencanakan karier

Baca Selengkapnya