TEMPO.CO, Jakarta - Di masyarakat berkembang asumsi anak laki-laki dianggap lebih unggul dalam bidang ilmu pasti, seperti metematika dan fisika, ketimbang anak perempuan. Sejatinya, penyebab dari 'ketimpangan' ini hanya satu, yakni rasa percaya diri. Ketika anak perempuan dihadapkan atau diadu kemampuannya di bidang eksak dengan anak laki-laki, maka kepercayaan dirinya cenderung turun.
Kesimpulan ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) ketika menilai potensi siswa dalam bidang matematika dan fisika, khususnya yang berkaitan dengan gender. Riset tersebut diikuti oleh siswa laki-laki dan perempuan yang berasal dari 60 negara, diantaranya Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Singapura, dan Cina.
Jessica Ellis, seorang asisten profesor Matematika di Colorado University yang turut serta dalam penelitian ini mengatakan pada level awal, kemampuan anak laki-laki dan perempuan terbilang sama. "Namun pada tahapan (level) selanjutnya, keberadaan anak lelaki menjadi lebih dominan ketimbang perempuan," ujar Ellis seperti dikutip dari Parent Herald.
Para peneliti lantas mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab sedikitnya perempuan yang lulus dan menduduki level berikutnya di bidang matematika dan fisika, serta ilmu pasti lainnya. Mereka kemudian mendapatkan jawaban bahwa sejatinya siswa perempuan merasa kurang percaya diri ketika menghadapi mata pelajaran atau mengerjakan soal eksak.
"Mereka bersikap acuh tak acuh atas kemampuan diri sendiri," ujar Ellis. Akibatnya, dia mencontohkan, tak sedikit siswa perempuan keluar dari jurusan bidang eksak, hanya karena mereka tak mampu memahami kalkulus misalnya.