Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset: Nyeri Punggung Berkaitan dengan Gangguan Mental

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi. topnews.in
Ilustrasi. topnews.in
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak tiga tahun lalu, Sekar Hanafi tidak bisa duduk tenang menghadap layar komputer berjam-jam. Lebih dari empat jam, ia akan mulai gelisah. Saat ia mencoba berdiri, punggungnya terasa nyeri. Perempuan 26 tahun itu tak ingat apakah sebelumnya sempat mengalami cedera berat yang menyebabkan nyeri punggung.

Ia punya kebiasaan membungkukkan badan saat berjalan atau duduk. “Kalau duduk lama, saya suka enggak percaya diri soalnya jadi sering gerak, gelisah untuk ganti posisi,” kata dia. Sekar mengaku tak pernah berkonsultasi ke dokter. Ia mencoba mengobatinya sendiri dengan panduan artikel di Internet.

Manakala nyeri punggungnya kambuh, ia merebahkan diri di atas permukaan yang datar dan keras. Biasanya, setelah itu rasa nyerinya berkurang. “Sejauh ini cara tersebut masih cocok,” kata Sekar, yang baru lulus kuliah.

Masalah serupa dialami Fanny Yulinda, 29 tahun. Perempuan asal Bandung ini menderita sakit punggung bagian bawah sejak tiga tahun lalu. Titik sakitnya berada di tulang ekor. Ia telah mencoba berbagai cara pengobatan. “Ini sakitnya kayak sudah nempel. Bisa terasa sakit sekali kalau lagi banyak pikiran atau mood lagi enggak stabil,” ujarnya.

Semenjak sakit, Fanny, yang bekerja sebagai pegawai negeri, mengaku punya kecemasan berlebih terhadap banyak hal, salah satunya nyeri punggung yang tak kunjung sembuh. Satu-satunya cara yang ia upayakan adalah menjaga agar pikiran tak dibebani banyak hal. “Setiap hari saya berjuang agar mood tak mudah terpancing. Dari situ pengaruhnya memang ke mental,” ucapnya.

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal General Hospital Psychiatry pada awal Desember 2016, menyebutkan penderita sakit punggung berpotensi dua kali lebih banyak mengalami salah satu dari lima gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, psikogenik, stres, dan kurang tidur. Penderita nyeri punggung kronis juga berpotensi tiga kali lebih besar menderita depresi dan 2,6 kali lebih tinggi menderita psikogenik.

Penelitian yang dilakukan di negara berpendapatan menengah ke bawah itu menyelidiki hubungan antara nyeri punggung dan penyakit psikologis. Penelitian yang dipimpin oleh Patricia Schofield dan Brendon Stubbs dari Anglia Ruskin University, Inggris, itu mengambil data dari 190.595 orang berusia 18 tahun atau lebih tua. Uji sampel dilakukan dari 43 negara. Tim peneliti menggunakan data Survei Kesehatan Dunia 2002-2004.

Hasilnya, nyeri punggung diderita 35,1 persen dari populasi dan 6,9 persen menderita nyeri punggung kronis. Menurut Taruna Ikrar, staf pengajar dan dokter spesialis di School of Medicine, University of California, Amerika Serikat, kecemasan adalah jenis gangguan kesehatan mental yang sering dipicu oleh rasa sakit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Biasanya, kata dia, sakit punggung banyak dikeluhkan pasien berusia di atas 40 tahun karena pada usia tersebut sistem jaringan tubuh manusia mengalami degenerasi. Tapi belakangan ini nyeri punggung mulai menyerang usia produktif, yakni 25 atau 30 tahun ke atas. Pemicunya adalah faktor psikologis, tekanan pekerjaan, obat-obatan, kenaikan berat badan, dan gaya hidup.

Pria asal Makassar itu mengatakan pemicu nyeri punggung bergantung pada jenis pekerjaan seseorang, terutama yang berkaitan dengan mengangkat beban berat seperti pekerja bangunan. Rasa sakit menahun berpotensi meningkatkan kecemasan karena rasa sakit berkepanjangan bisa memicu stres. Kondisi sebaliknya pun berlaku, sakit bisa dipicu oleh stres.

Orang yang bekerja fisik biasanya mengalami nyeri di pinggang dan punggung secara organik. “Semakin tinggi rasa sakit akan turut memicu faktor psikologis makin tinggi,” tutur Ikrar.

Ikrar menyebutkan, untuk mengurangi rasa sakit di punggung, seseorang harus memperbaiki gaya hidup. Bagi yang kerap duduk berlama-lama di depan komputer, sesekali mesti melakukan gerak ringan merilekskan tubuh selama 15 menit. Selanjutnya, mengatur pola makan dengan menghindari banyak lemak dan kolesterol, yang rentan memicu nyeri, serta memperbanyak konsumsi air putih.

Jika diperlukan perawatan medis, bisa mengkonsumsi obat antinyeri, fisioterapi, atau rehabilitasi medis seperti pijat atau chiropractic. Bisa juga dengan operasi jika sakitnya parah. Menurut dia, sakit punggung tak bisa dihilangkan, tapi bisa ditangani agar tak mengganggu aktivitas sehari-hari.

AISHA SHAIDRA

Berita lainnya:
Roti Imlek Keberuntungan dan Harapan
Pilih Hewan Peliharaan yang Aman Buat Anak
Ragam Penjepit Jilbab yang Aman dan Tak Bikin Hijab Rusak

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.


Kapan Puncak Massa Tulang dan Waktu yang Tepat Mencegah Osteoporosis

23 Oktober 2021

Ilustrasi pria memeriksa tulang. Shutterstock
Kapan Puncak Massa Tulang dan Waktu yang Tepat Mencegah Osteoporosis

Ketahui periode terbaik memumpuk "bekal" menjelang massa tulang puncak, fase kondisi tulang terbaik, dan penurunannya untuk mencegah osteoporosis.