Bahaya Pembungkus Makanan Berbahan Kertas bagi Kesehatan  

Reporter

Rabu, 30 November 2016 16:19 WIB

Nasi bungkus yang diduga mengandung racun dikawasan Bumi perkemahan Cibubur, Jakarta. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lisman Suryanagara, mengingatkan masyarakat akan bahaya kertas nasi dan kertas daur ulang bagi kesehatan manusia.

"Jadi kertas nasi untuk membungkus makanan, seperti untuk nasi goreng, nasi bungkus, atau martabak, yang berwarna cokelat itu memiliki dampak buruk bagi kesehatan, misalnya mengurangi vitalitas bagi laki-laki," kata Lisman dalam acara roadshow food safety packaging di Bandung, Selasa, 29 November 2016.

Menurut dia, tempat penyimpanan makanan terus mengalami perubahan. Pemanfaatan bahan yang digunakan sebagai kemasan makan yang umum digunakan dari masa ke masa antara lain keramik, kaca, plastik, kertas aluminium, hingga yang berbahan dasar kertas.

Berbicara tentang kemasan pangan berbahan dasar kertas yang paling lazim digunakan di Indonesia, kata Lisman, ternyata masih banyak yang belum layak dijadikan kemasan pangan primer. "Contohnya masih banyak ditemukan penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak," ucapnya.

Berdasarkan riset yang dilakukan LIPI, jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram, sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70-100 gram. Artinya, ada 105 juta-150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut. "Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibanding jenis kertas lain. Ini melebihi batas yang ditentukan," ujarnya.

Zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dan dapat memicu berbagai penyakit, seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.

Menurut Lisman, kemasan makanan berbahan dasar kertas non-daur ulang bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan daur ulang, styrofoam, dan kemasan kertas non-daur ulang yang baik untuk konsumen, makanan, dan lingkungan.

“Seperti di luar negeri, trennya sudah seperti itu. Jadi bisa mengurangi limbah karena biasanya kemasan ini biodegradable dan sudah memiliki standar keamanan," ujarnya.

Rangkaian roadshow food safety packaging, yang dilaksanakan di tiga lokasi, yakni Jakarta, Bandung, dan Semarang, dihadiri beberapa narasumber di bidang keamanan makanan, di antaranya Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI. Program ini bertujuan mengedukasi masyarakat untuk hidup sehat. Salah satunya memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.

Sebagai alternatif lain, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food grade yang seratus persen terbuat dari serat alami dengan ciri-ciri tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus minyak. Di samping itu, ada karton food grade yang bersifat ramah lingkungan karena mudah terurai.

BISNIS

Artikel lain:
Salah Kunyah dan Telan Bisa Berakibat Perut Kembung
Probiotik juga Sahabat Payudara Lho, Bukan Cuma Usus
Cegah Kanker Serviks sejak Dini, Siswa SD pun Perlu Divaksin

Berita terkait

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

26 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.

Baca Selengkapnya

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.

Baca Selengkapnya

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan

Baca Selengkapnya

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.

Baca Selengkapnya

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.

Baca Selengkapnya

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.

Baca Selengkapnya

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?

Baca Selengkapnya

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.

Baca Selengkapnya