TEMPO.CO, Jakarta - Keberhasilan seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi dipengaruhi beberapa faktor secara psikologis.
Namun sering kali gagalnya ibu memberikan ASI lebih banyak disebabkan oleh faktor stres dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut diungkapkan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) Mia Sutanto. Menurut dia, banyak ibu muda yang berkurang produksi ASI-nya karena mengalami stres.
"Ibu yang stres karena kelelahan atau depresi tentu membuat produksi ASI-nya tidak lancar. Makanya mereka perlu merasa bahagia agar hormon oksitosinnya dapat bekerja maksimal agar produksi ASI menjadi lebih lancar," ucap Mia.
Lebih lanjut, Mia menuturkan peran suami sangat dibutuhkan para istri. Hal itu membuat istri bahagia dan merasa diperhatikan. Sejumlah penelitian juga menunjukkan angka keberhasilan pemberian ASI eksklusif bisa mencapai hampir 100 persen bila ada dukungan dari suami.
"Kerja sama suami sangat diperlukan, misalnya dengan melakukan hal-hal sederhana, seperti membantu menggendong bayi, menemani istrinya begadang saat menyusui, serta memijat-mijat pundak istri saat kelelahan," ujar Mia.
Bentuk-bentuk perhatian yang diberikan suami kepada istrinya bisa membantu melancarkan hormon oksitosin. "Dengan merasa disayangi dan diperhatikan suami, istri akan merasa lebih bahagia, sehingga produksi ASI-nya pun jadi lebih lancar."