Ilustrasi wanita bekerja sambil mengasuh anak. shutterstock.com
TEMPO.CO, Jakarta - Anggapan yang cukup diyakini selama ini, orang tua, terutama ibu bekerja, adalah orang yang paling mungkin mengabaikan anak. Nyatanya, orang tua atau ibu penuh waktu yang selalu ada bersama anak pun cukup rentan melakukan hal serupa.
Anggia Chrisanti, konselor dan terapis psikologi di Biro Psikologi Westaria, menegaskan, pengabaian tidak melulu dilakukan oleh orang tua yang keduanya, ayah dan ibu, bekerja. Ibu yang tidak bekerja, berada di rumah dan bersama anak sepanjang hari, bisa jadi melakukan kekerasan pengabaian lebih sering karena intensitas kebersamaan mereka dengan anak yang lebih panjang dibanding ibu bekerja.
“Contoh kecil, ketika ibu sedang belanja di tukang sayur. Anak menarik-narik barang jualan dan membuatnya berantakan, ibu langsung mendengus, ‘Ih!’. Atau anak teriak minta bantuan untuk buang air kecil, tapi ibu malah menunda-nunda, misalnya,” Anggia mencontohkan. “Anak jadi lebih sering terpapar pengabaian dan ibu jadi lebih sering lagi melakukannya tanpa sadar.”
Satu hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua agar terhindar dari perilaku kekerasan pengabaian terhadap anak adalah dengan menyadari sepenuhnya bahwa anak punya hak. Bagi yang kedua orang tuanya bekerja, harus sadar sepenuhnya bahwa hak anak untuk bersama orang tuanya sepanjang hari telah dirampas.
“Jadi, sesaat sebelum tiba di rumah setelah bekerja, segera matikan alat komunikasi atau alat apa pun yang menghubungkan Anda dengan dunia luar rumah. Jika sedang menelepon pun, segera minta izin untuk menghentikan percakapan. Datanglah ke rumah dengan hati dan fisik yang sepenuhnya untuk anak,” pungkas Anggia.