Waspadai Jika Anak Kecanduan Internet

Reporter

Senin, 27 Juni 2016 12:28 WIB

Cybercrime.

TEMPO.CO, Jakarta - Ranti tampak khawatir. Hampir semenit sekali dia mengecek ponselnya. Saat duduk pun, kakinya selalu bergoyang seperti orang yang sedang cemas. Saat ditanya kenapa dia tampak gundah, perempuan 40 tahun itu menjawab pelan, anakku.

Sudah hampir pukul 20.00 dan anaknya yang duduk di bangku kelas VII belum juga pulang. Ranti dan suaminya tidak tahu di mana keberadaan sang buah hati. Ponsel putra bungsu itu mati dan tidak bisa dihubungi sejak sore.

“Aku takut. Soalnya, beberapa waktu lalu anakku ketahuan lagi nonton film porno di kamar. Setelah digeledah papanya, ternyata di laptopnya dia simpan beberapa film dewasa. Enggak tahu dapat dari mana, siapa yang menjerumuskan,” tuturnya.

Ranti khawatir anaknya diam-diam punya kegiatan lain di luar sekolah. Kegiatan yang tidak diketahuinya. Kegiatan yang membahayakan buah hatinya. Apalagi, belum lama ini, sang putra juga kedapatan membolos dan berada di sebuah rental online game.

Kekhawatiran Ranti tidak berlebihan. Zaman sekarang, di mana arus informasi begitu bebas dan terbuka, siapapun bisa terpapar konten negatif dari dunia digital. Anak sekecil apapun bisa mengakses konten terlarang dan berkenalan dengan pergaulan yang negatif.

Para orang tua pun dilanda dilema. Apakah anak di bawah umur perlu dibekali ponsel pintar dan dibiarkan mengakses internet tanpa pengawasan. Namun, jika dibatasi, tidakkah itu akan menghambat haknya untuk memperluas jendela pengetahuannya akan hal-hal inspiratif.

Internet tak ubahnya pedang bermata ganda. Di tangan yang tepat, dia akan mendatangkan manfaat. Namun, di tangan yang salah, dia akan menjadi petaka bagi kehidupan seseorang. Bayangkan, jika petaka itu jatuh ke anak di bawah umur yang belum stabil secara emosional.

Banyak kasus di mana anak yang kecanduan Internet mulai terganggu aktivitas belajar-mengajarnya. Mereka mulai coba-coba membuka konten dewasa, dan ketagihan. Kenakalan pun berlanjut, mulai dari bolos sekolah untuk ke warnet hingga menggelapkan uang sekolah.

Lebih lanjut, paparan konten pornografi dan kekerasan juga dapat memacu timbulnya cyber crime yang dimotori oleh anak-anak. Parahnya, banyak orang tua yang tidak menyadari anaknya terjerumus cyber crime, padahal perilakunya di rumah biasa-biasa saja.

Kepala Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda menegaskan perang melawan cyber crime yang dilakukan anak-anak adalah hal yang terus digalakkan pemerintah. Untuk itu, para orang tua tidak boleh acuh terhadap konten Internet yang diakses anaknya.

Boleh saja membekali anak dengan ponsel, tapi orang tua tetap harus waspada dengan apa yang dikonsumsi buah hatinya dari dunia dalam jaringan (daring). Sebab, pada anak-anak, rasa penasaran dan kecanduan adalah bibit awal dari tindakan kejahatan di dunia maya.

“Kecanduan Internet lama-lama akan membuat anak melakukan hal-hal yang mencontoh dari apa yang dia lihat. Pada akhirnya, anak-anak yang menjadi korban kejahatan seksual, malah bisa menjadi pelaku kejahatan juga,” tuturnya.

Sebenarnya, pengawasan dari orang tua saja tidak akan cukup untuk membendung arus informasi dunia maya pada anak-anak. Untuk itu, dia mengimbau setiap instansi untuk melakukan sosialisasi masif atas bahaya cyber crime.

Edukasi yang baik, terutama pada anak-anak, harus dilakukan secara intensif agar anak-anak dijauhkan dari potensi terjerumus ke dalam kejahatan siber. Edukasi bisa dilakukan oleh Kemenkominfo, sekolah, keluarga dan sebagainya.

Bahkan, belum lama ini Polri juga meluncurkan program pengamanan anak di dunia maya (save children on the internet) melalui Direktorat Reserse Kriminal khusus Polda Metro Jaya. Tujuannya, lagi-lagi untuk mengamankan generasi cikal dari paparan negatif Internet.

Program tersebut akan difokuskan di hulu, yaitu dengan memblokir situs-situs berkonten pornografi dan kekerasan agar tidak bisa diakses anak-anak. Tujuannya, selain mencegah jatuhnya korban kekerasan seksual, juga agar bibit-bibit pelaku kekerasan tidak disemai.

Menurut Direktur Reserse Kriminal Polda Metro Jaya, Mohammad Fadil Imran, anak-anak yang pernah menjadi korban kekerasan berpotensi menjadi pelaku juga. Setidaknya, program polisicyber tersebut akan mencegah korban-korban baru bertumbangan.

Sementara itu, psikolog Klinik Terpadu Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi berpendapat orang tua zaman sekarang harus memahami konsepdigital parenting untuk membentengi buah hatinya dari paparan negatif dunia maya dan menjadi pelaku cyber crime.

Orang tua zaman sekarang dituntut untuk lebih bijak dalam membuka interaksi anak di dunia maya. Pertama-tama, orang tua harus melihat pada usia berapa anak diperbolehkan memiliki akun media sosial atau smartphone-nya sendiri.

“Orang tua harus melakukan pembatasan dari sisi usia. Jangan sampai anak SD, tapi handphone-nya terlalu canggih dan bisa akses semua. Dia bisa terpapar pornografi, dan dari situlah biasanya hasrat seksualnya terdorong untuk mengenal pacaran.”

Ketika anak sudah mulai kecanduan media sosial dan terlalu sering mengumbar perasaan di internet, saat itulah orang tua dituntut untuk mengambil sikap dengan menghentikan total akses anak terhadap dunia maya.

Lebih lanjut, sebisa mungkin orang tua mengetahui kata sandi (password) akun media sosial anak-anaknya. Sebab, di dunia maya banyak predator yang berpotensi menjerumuskan anak remaja ke dalam hal-hal yang bersifat negatif.

Permasalahannya, kebanyakan anak yang menginjak usia remaja mulai bersikap tertutup dan menjaga jarak dengan orang tuanya. Masalah komunikasi itu pula yang kerap memperkeruh hubungan antara remaja dengan orang tuanya.

“Untuk itu, yang harus dipahami orang tua adalah remaja juga punya privasi. Tapi, privasi berbeda dengan rahasia. Orang tua harus tahu, bahwa kamar anak adalah privasi, sehingga tidak boleh seenaknya menggeledah atau masuk jika anak tidak berkenan.”

Namun, lanjut Ratih, kondisi tersebut boleh dilanggar dalam keadaan membahayakan, seperti saat anak terlalu lama menghabiskan waktu di dalam kamar atau saat anak mulai sangat tertutup dengan orang tuanya.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah memposisikan anak sebagai manusia yang bertanggung jawab. “Salah satu penyebab anak remaja lebih suka curhat dengan teman ketimbang orang tua adalah karena teman-temannya tidak judgmental.”

BISNIS

Berita lainnya:
4 Situasi di Kantor yang Menuntut Ketegasan Anda
Tip Meninggalkan Rumah dengan Aman Saat Mudik Lebaran
Tip Mudik Nyaman Bersama Anak-anak

Berita terkait

Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

7 Februari 2024

Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.

Baca Selengkapnya

Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

7 Februari 2024

Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

23 Januari 2024

Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini.

Baca Selengkapnya

Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

9 Januari 2024

Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya.

Baca Selengkapnya

Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

10 Desember 2023

Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

Pakar parenting menyebut ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka di momen Hari Natal. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

28 November 2023

Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.

Baca Selengkapnya

4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

23 November 2023

4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini

Baca Selengkapnya

Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

20 November 2023

Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.

Baca Selengkapnya

5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.

Baca Selengkapnya

Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.

Baca Selengkapnya