TEMPO.CO, Jakarta - Gaji tinggi dan menjadi karyawan di perusahaan ternama rupanya tidak lagi menjadi daya tarik bagi generasi milenial. Kemudahan di dunia digital dan cerita-cerita sukses para startup menjadikan generasi milenial lebih tertarik menjadi entrepreneur.
Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Ivan Sudjana, mengatakan generasi milenial cenderung lebih memilih sebagai entrepreneur. Namun kebanyakan dilakukan tanpa persiapan yang pada akhirnya berakhir pada kegagalan atau minimal tidak berjalan sebagaimana mestinya.
“Mereka kebanyakan hanya semangat di awal saja. Ada hard working-nya atau usahanya, tapi ada karakteristik lain yang lewat, yakni how to-nya tidak dipikirkan. Misalnya malas mencari informasi, padahal kemudahan sudah ada. Selain itu, kemampuan pendukung atau skill-nya kurang. Kemalasan ini yang menghambat kesuksesan mereka,” ucap Ivan dalam diskusi Forum Ngobras di Jakarta.
Ivan berujar, tidak semua orang cocok menjadi entrepreneur. Diperlukan karakteristik kepribadian yang kuat, terutama dalam hal daya tahan atau resiliensi (daya lenting). “Kegagalan tidak selalu dijadikan pelajaran bagi generasi milenial. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang memiliki daya lenting atau resiliensinya kuat,” tuturnya.
Di samping itu, menurut Ivan, untuk mengetahui seseorang cocok menjadi entrepreneur atau tidak, ada satu strategi yang bisa dilakukan. “Cobalah meminta wirausahawan yang sukses untuk menilai siapa yang akan menjadi startup sukses, karena expert yang sudah melalui itu semua akan memiliki sense yang lebih dalam,” katanya.
Menemukan sebuah hotel yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan memang tidak mudah. Namun, untuk membantu Anda dalam mencari penginapan yang sesuai dengan budget dan kebutuhan, kami telah menyusun beberapa tips yang bisa Anda gunakan sebagai panduan dalam memilih hotel murah di Jakarta.